Wednesday, 21 October 2015

Pertumbuhan dan Perkecambahan




Jenis-Jenis Pertumbuhan Tanaman
LAPORAN PRAKTIKUM




Oleh:
Anggota Kelompok 4
Akhmad Ma’Lufil Waro      (151510601138)










PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015






BAB I PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negara agraris yang memiliki areal lahan persawahan 8,8 juta hektare dari sebelumnya 8,1 juta hektare. Jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 250 juta jiwa dengan pertumbuhan 1,6 persen per tahunnya. Penambahan luas areal pertanian sangat dibutuhkan Indonesia untuk mencapai target swasembada komuditas pangan. Indonesia masih membutuhkan 10 juta hektare untuk mencapai swasembada komuditas pangan. Alih fungsi lahan pangan mencapai 100 hektare per tahunnya, hal ini menjadi salah satu faktor yang menghambat sektor pertanian untuk mencapai swasembada pangan.
Pertanian adalah suatu usaha untuk mempertahankan sumberdaya alam yang ada untuk memenuhi kebutuhan kosumsi. Pertanian merupakan komuditas terbesar di Indonesia, namun pertanian belum dapat mencapai target swasembada pangan. Teknologi yang kurang efisien, serta kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh petani dalam merawat tanaman membuat hasil pertanian tidak maksimal. Peran pemerintah dan civitas akademika sangatlah dibutuhkan untuk memberbaiki sistem pertaniaan yang ada di Indonesia. Kedaulatan pangan bisa tercapai apabila teknologi diperbarui dan ramah lingkungan serta meningkatkan kemampuan tani dalam merawat tanaman, sehingga target swasembada bisa terlaksana.
Tananaman yang biasa ditanam diindonesia adalah tanaman basah dan tanaman kering. Padi merupakan tanaman yang paling banyak di Indonesia, karena padi merupakan makanan pokok di Indonesia. Palawija adalah tanaman unggulan kedua yang sering ditananam oleh petani di Indonesia. Sektor perkebunan diindonesia paling banyak ditanami kopi dan kakau. Komuditas unggulan ini masih belum bisa memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia, sehingga Indonesia harus mengimpor dari negara tetangga.
Memaksimalkan hasil petanian dengan merawat tanaman dengan baik adalah kunci untuk mencapai swasembada pangan. Pada tanaman, pertumbuhan tanaman dimulai dari perkecambahan biji. Perkecambahan dapat terjadi ketika benih mendapat pasokan air yang besar. Air tersebut masuk kedalam biji melalui proses imbibisi. Perkecambahan baru dapat terjadi ketika proses imbibisi telah optimal. Radikula merupakan struktur yang pertamakali muncul dengan cara merobek selaput biji. Radikula adalah calon akar primer dan bagian dari hipokotil. Epikotil (colon batang) terdapat pada ujung sebelah atas. Perkecambahan dibagi menjadi dua jenis yaitu tipe epigeal dan tipe hipogeal.
Epigeal (tipe perkecambahan di atas tanah) yaitu hipokotil memanjang sehingga plamula dan kotiledon ke permukaan tanah. Kotiledon melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Tipe hipogeal (perkecambahan di bawah tanah) yaitu epikotil memanjang sehingga plamula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas  permukaan tanah, sedangkan kotiledon tertinggal dibawah tanah.

    1. Tujuan
  1. Untuk mengetahui proses-proses terjadinya perkecambahan pada tumbuhan.
  2. Untuk mengetahui jenis-jenis pertumbuhan tanaman.
      

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Imbibisi adalah proses fisika yang terjadi pada biji yang tidak mampu untuk hidup. Imbibisi terjadi ketika kulit biji kering dan tidak mempunyai kulit biji yang kedapdan diletakkan di dalam kotak dengan air seperti biji dalam tanah(Tohari, 2011).
Bagian-bagian tumbuhan yang tidak berguna untuk kehidupan tumbuhan, terutama yang bertaliaan erat dengan makanan, disebut alat hara, seperti akar untuk menyerap dan daun untuk mengolah makanan. Alat ini sangat penting untuk pertumbuahan dan disebut alat vegetative atau alat pertumbuhan(Citrosupomo, 2011)
Heddy (1989) yang menyatakan tahap pertama perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh benih diikuti melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Apabila kandungan air dalam biji semakin tinggi karena masuknya air melalui proses imbibisi, maka dimulailah proses perkecambahan saat imbibisi sudah optimal(Mistian, D. 2012).
Menurut Sutopo (1985), benih yang memiliki kulit keras biasanya mengalami dormansi dengan tipe dormansi fisik, dengan adanya pembatasan struktural pada perkecambahannya(Sunarlim, N. 2012).
Sutopo (1988) menyatakan bahwa bobot benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena bobot benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan bobot tanaman pada saat panen(Nurussintani, W. 2013).
Lingga dan Marsono (2006) menyatakan bahwa peranan utama nitrogen adalah untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman(Tatipata, A. 2013).
Bibit menyediakan sumber daya yang paling alami reproduksi tanaman, pelestarian keragaman genetik, transportasi, dan propagasi flora. Padahal, biji layak tidak berkecambah bahkan di bawah kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi banyak kasus, kejadian ini disebut dormansi benih(Das, N. 2014).
Benih dorman yang tidak dapat berkecambah di bawah kondisi lingkungan yang menguntungkan tetap keras dan berhasil berkecambah untuk jangka waktu yang cukup lama. Namun, kondisi dormansi benih masih harus dijelaskan, oleh karena itu, klasifikasi berbagai jenis dormansi dibagi dalam berbagai kondisi(Tiryaki, I. 2014).
Persentase yang terbaik perkecambahan, 93 dan 90%, diperoleh dengan biji segar dan permukaan disterilkan dan ditaburkan di bawah 8 jam penyinaran dan dengan suhu 10C atau 15C(João, P.M. 2014).
BTF3 telah diakui terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Namun fungsinya sebagian besar belum diketahui selama proses benih berkecambah dan pembibitan. BTF3 memegang peran penting dalam perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit, ia memberikan manfaat baru yang menunjukkan bahwa ia lebih multifungsi pada tanaman(Wang, W. 2014).




BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengantar Ilmu Tanaman acara 1 jenis-jenis pertumbuhan tanaman dilaksanakan pada hari Minggu, 4 Oktober 2015 pukul 7.30 – 8.30 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
  1. Benih taaman monokotil epigeal (bawang merah)
  2. Benih tanaman monokotil hypogeal (jagung)
  3. Benih dikotil epigeal (kedelai)
  4. Benih dikotil hypogeal (kacang kapri)
  5. Media tanam (pasir)
3.2.2 Alat
  1. Bak pengecambah
  2. Beaker glass
  3. Kertas label

3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengisi bak pengecambah dengan bahan tanam hingga 1/2 bagian dari tinggi bak pengecambah.
3. Membuat lajur secara berurutan dengan menandai menggunakan kertas label pada setiap jenis benih dan pengulangannya.
4. Merendam benih pada air dalam beaker glass selama 15 menit.
5. Menanam benih pada bak pengecambah.
6. Melakukan perawatan dan pemeliharaan setiap hari.
7. Melakukan pengamatan akhir.



 

BAB 4. PEMBAHASAN dan HASIL

4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengamatan Jenis Pertumbuhan Tanaman Monokotil Bawang Merah
No
Jenis
Tanaman
Ul
Gambar
Panjang
Hipokotil
Epikotil
Kecambah
1
M1
1

0
Muncul
tunas

2
0
Muncul
tunas

3
0
Muncul
tunas

4



5



2
M2
1

2
7
9
2
1,5
4,5

3
3,3
6

4



5





Tabel 2. Pengamatan Jenis Pertumbuhan Tanaman Monokotil Jagung
No

Jenis
Tanaman
Ul
Gambar
Panjang

Hipokotil
Epikotil
Kecambah
1

M1
1

0
6,5


2
0
6


3
0
6


4




5



2

M2
1

9,8
26
35,8

2
2,5
29,6
54,6

3
13,5
16,7
30,5

4




5




Tabel 1. Pengamatan Jenis Pertumbuhan Tanaman Dikotil Kedelai
No
Jenis
Tanaman
Ul
Gambar
Panjang
Hipokotil
Epikotil
Kecambah
1
M1
1

0
6,5

2
0
2,5

3
0
1,3

4



5



2
M2
1

14,6
15,1
30
2
8,1
21,2
25,3
3
13,8
25

4



5





Tabel 1. Pengamatan Jenis Pertumbuhan Tanaman Monokotil Alpukat
No
Jenis
Tanaman
Ul
Gambar
Panjang
Hipokotil
Epikotil
Kecambah
1
M1
1

0
tidak muncul tunas

2
0
tidak muncul tunas

3
0
tidak muncul tunas

4



5



2
M2
1

-
-

2
-
-

3
-
-

4



5





4.2 Pembahasan
1. Pada hasil pemgamatan diatas benih bawang merah, kedelai, jagung mengalami pertumbuhan dan perkecambahan dengan baik, tapi benih alpukat tidak dapat tumbuh hingga pengamatan pada minggu ke dua. Pada tanaman alpulkat tidak tumbuh karena medium benih alpukat tidak cocok dan ukuran benih alpukat yang terlalu besar,
2. Tipe epigeal, dan tipe hypogeal. Tipe epigeal perkencambahan di atas tanah) yaitu :hipokotil memanjang sehingga plamula dan kotiledon ke permukaan tanah dan kotiledon melakukan fotosintesi selama daun belum terbentuk. Tipe Hypogeal (perkencambahan di bawah tanah), yaitu epikotil memanjang sehingga plamula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tertinggal dalam tanah.
3. faktor dalam, yaitu  tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, penghambat perkecambahan (inhibitor) dan enzim. Faktor luar, yaitu  medium, air, cahaya, suhu, oksigen, kelembapan,

                                     BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN        
5.1 Kesimpulan
Pada hasil percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanaman bawang merah. Kedelai, dan jagung dapat tumbuh dan muncul tunas. Sementara pada benih alpukat tidak dapat tumbuh dan tidak muncul tunas. Factor yang dapat mempengaruhi benih bisa tumbuh atau tidak adalah kesuburan tanah, air, cahaya, kelembapan, suhu. Pada benih alpukat tidak dapat muncul tunas karena air tidak bisa masuk pada benih alpukat, sehingga tidak terjadi proses imbibisi yaitu masuknya air kedalam benih, sehingga benih alpukat tidak bisa tumbuh. Sementara pada bawang merah, jagung, kedelai dapat tumbuh karena terjadi proses imbibisi dan muncul hipokotil dan epikotil sampai membentuk kecambah yang sempurna dan menjadi bibit.

5.2 Saran
Dalam penyemaiaan benih jagung, kedelai, bawang merah, alpulkat diperlukan media tanah dan pasir serta campuran pupuk kandang agar benih dapat tumbuh dengan baik. Serta dilakukan penyiraman air secara rutin namun tidak berlebihan


DAFTAR PUSTAKA

Citrosupomo, G. 2011. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Das, Niamjit. 2014.  The Effect of Seed Sources Variation and Presowing Treatments on the Seed Germination of Acacia catechu and Elaeocarpus floribundus Species in Bangladesh. Hindawi Publishing Corporation, 1(1): 1-8.
Goldsworthy, P.R dan Fisher N.M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan oleh Ir. Tohari, MSc. PhD. 2011. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
João P.M., Helena F., Tiago M., dan João C. 2014. Potential Propagation by Seed and Cuttings of the Azorean Native Calluna vulgaris (L.) Hull. Hindawi Publishing Corporation, 2(2): 1-7.
Mistian, D., Meiriani dan Edison Purba. 2012. Respons Perkecambahan Benih Pinang (Areca Catechu L.) Terhadap Berbagai Skarifikasi dan Konsentrasi Asam Giberelat (GA3). Jurnal Online Agroekoteknologi, 1(1): 15-25.
Nurussintani, W., Damanhuri, Sri L.P. 2013. Perlakuan Pematahan Dormansi Terhadap Daya Tumbuh Benih 3 Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea). Jurnal Produksi Tanaman, 1(1): 86-93.
Sunarlim, N., Syukria I.Z. , dan Joko P. 2012. Pelukaan Benih dan Perendaman dengan Atonik pada Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Tanaman Semangka Non Biji (Citrullus vulgaris Schard L.). Jurnal Agroteknologi, 2(2): 29-32.
Tatipata, A. dan A. Jacob. 2013. Remediasi Lahan Berpasir di Waisamu yang Ditanami Jagung Lokal Melalui Aplikasi Kompos Ela Sagu. Jurnal Lahan Suboptimal, 2(2): 118−128.
Tiryaki,  I. dan Mustafa T. 2014. A Novel Method to Overcome Coat-Imposed Seed Dormancy in Lupinus albus L. and Trifolium pratense L. Hindawi Publishing Corporation, 1(1): 1-6.
Wang, Wenyi, Mengyun Xu, Ya Wang, dan Muhammad Jamil. Basal Transcription Factor 3 Plays an Important Role in Seed Germination and Seedling Growth of Rice. Hindawi Publishing Corporation, 2(2): 1-13.






Related Posts

Pertumbuhan dan Perkecambahan
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.