Dari sisi ekologi
proses produksi pertanian merupakan berbagai kegiatan pengelolaan ekosistem
pertanian atau agroekosistem yang ditujukan untuk pencapaian sasaran kuantitas
dan kualitas produksi sesuai yang diharapkan oleh pemilik atau pengelola
agroekosistem.
Penerapan PHT dapat berhasil menyelesaikan permasalahan hama dan produksi tanaman yang dihadapi apabila petani (pengelola agroekosistem) dapat memahami sifat dan dinamika agroekosistem terlebih dahulu.
Agroekosistem merupakan salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang ditujukan untuk memperoleh produksi pertanian dengan kualitas dan kuantitas tertentu.
Agroekosistem umumnya memiliki keanekaragaman biotik dan genetik yang rendah dan cenderung semakin seragam, merupakan ekosistem yang tidak stabil dan rawan terhadap peningkatan populasi spesies hama. Agroekosistem merupakan sistem yang dinamik bervariasi dari waktu ke waktu lainnya dan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Ekosistem pertanian Sangat peka terhadap berbagai perubahan baik yang terjadi di dalam maupun di luar ekosistem. Dengan mempelajari struktur ekosistem seperti komposisi jenis-jenis tanaman, hama, musuh alami dan kelompok biotik lainnya, serta interaksi dinamis antar komponen biotik deapat ditetapkan strategi pengelolaan yang mampu mempertahankan populasi hama pada statu aras yang tidak merugikan.
Penerapan PHT dapat berhasil menyelesaikan permasalahan hama dan produksi tanaman yang dihadapi apabila petani (pengelola agroekosistem) dapat memahami sifat dan dinamika agroekosistem terlebih dahulu.
Agroekosistem merupakan salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang ditujukan untuk memperoleh produksi pertanian dengan kualitas dan kuantitas tertentu.
Agroekosistem umumnya memiliki keanekaragaman biotik dan genetik yang rendah dan cenderung semakin seragam, merupakan ekosistem yang tidak stabil dan rawan terhadap peningkatan populasi spesies hama. Agroekosistem merupakan sistem yang dinamik bervariasi dari waktu ke waktu lainnya dan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Ekosistem pertanian Sangat peka terhadap berbagai perubahan baik yang terjadi di dalam maupun di luar ekosistem. Dengan mempelajari struktur ekosistem seperti komposisi jenis-jenis tanaman, hama, musuh alami dan kelompok biotik lainnya, serta interaksi dinamis antar komponen biotik deapat ditetapkan strategi pengelolaan yang mampu mempertahankan populasi hama pada statu aras yang tidak merugikan.
2. Biaya manfaat pengendalian hama
Tujuan utama petani
mengelola lahan pertanian adalah untuk memperoleh produksi dan keuntungan usaha
tani yang setingi-tingginya. Petani yang rasional selalu berusaha agar
keuntungan yang diperoleh maksimal dengan cara menekan sekecil mungkin biaya
pengendalian dan meningkatkan produksinya. Setiap keputusan tentang
pengendalian hama yang benar harus memperhitungkan perbandingan antara biaya
dan manfaat agar memperoleh keuntungan dari usaha pengendalian hama.
Keuntungan usaha pengendalian hama = Nilai manfaat – Biaya pengendalian
Biaya pengendalian merupakan total uang yang dikeluarkan untuk membeli pestisida, varietas tahan hama, menyewa alat dan tenaga pengendalian hama. Nilai manfaat merupakan nilai rupiah dari hasil yang diperoleh dari usaha pengendalian hama.
Keuntungan usaha pengendalian hama = Nilai manfaat – Biaya pengendalian
Biaya pengendalian merupakan total uang yang dikeluarkan untuk membeli pestisida, varietas tahan hama, menyewa alat dan tenaga pengendalian hama. Nilai manfaat merupakan nilai rupiah dari hasil yang diperoleh dari usaha pengendalian hama.
3. Toleransi tanaman terhadap
kerusakan
Semua tanaman
memiliki tingkat toleransi tertentu terhadap populasi dan kerusakan, baik oleh
serangan hama atau oleh penyebab lain. Hal ini berarti bahwa pada tingkat
populasi hama dan kerusakan tanaman tertentu yang tidak mempengaruhi tingkat
produksi dan penghasilan petani. Tindakan pengendalian hama tidak ditujukan
untuk menghabiskan populasi hama tetapi menurunkan populasi sampai pada tingkat
yang tidak merugikan.
4. Pertahankan sedikit populasi
hama di tanaman
Konsep PHT bertumpu
pada terjadinya keseimbangan populasi antara hama dan kompleks musuh alaminya.
Apabila di lahan tidak dijumpai populasi hama maka musuh alami tidak
mendapatkan mangsa atau inang yang sesuai sehingga mereka mencari inang atau
mangsa ke tempat lain. Dalam keadaan demikian dikhawatirkan populasi hama akan
meningkat jumlahnya sehingga dapat mendorong terjadinya letusan hama yang
membahayakan. Oleh karena itu di lahan pertanian perlu tetap dipertahankan
sedikit populasi hama yang memungkinkan berjalannya proses keseimbangan alami.
Pada keadaan tersebut populasi hama tidak menyebabkan terjadinya kerugian ekonomis
bagi petani.
5. Lestarikan dan manfaatkan musuh
alami
Setiap jenis hama
secara alami dapat dikendalikan oleh kompleks musuh alami yang dapat meliputi
predator (pemangsa), parasitoid dan patogen hama. Dibandingkan dengan
penggunaan pestisida, penggunaan musuh alami bersifat alami, efektif, murah,
dan tidak menimbulkan dampak camping negatif bagi kesehatan dan lingkungan
hidup. Oleh karena itu, agroekosistem perlu dikelola sedemikian rupa sehingga
musuh alami dapat dilestarikan dan dimanfaatkan.
6. Budidaya tanaman sehat
Budidaya tanaman yang
sehat dan kuat menjadi bagian penting setiap program pengendalian hama sebab
tanaman yang sehat lebih tahan terhadap serangan hama. Tanaman sehat mampu
lebih cepat mengatasi atau menyembuhkan dari kerusakan yang terjadi akibat
serangan hama. Dalam PHT setiap usaha budidaya tanaman mulai pemilihan
varietas, pengolahan tanah, penyiapan bibit dan pembibitan, penanaman,
pemeliharaan tanaman sampai ke pengelolaan pasca panen perlu dikelola secara
tepat sehingga diperoleh pertanaman yang sehat, kuat dan produktif.
7. Pemantauan ekosistem
Terjadinya letusan
hama pada suatu ekosistem merupakan hasil interaksi berbagai komponen
ekosistem, baik yang berasal dari dalam ekosistem maupun yang dimasukkan
manusia seperti pestisida dan pupuk. Sangay sulit meramalkan kapan terjadinya
letusan hama secara tepat. Agar petani dapat mengikuti perkembangan populasi
hama dan musuh alami di lahannya, serta dapat menentukan tindakan pengendalian
maka petani harus mengadakan pemantauan ekosistem secara rutin.
8. Pemberdayaan petani
Di Indonesia petani
merupakan kelompok producen pertanian yang terbesar, sehingga kinerja sector
pertanian Sangay ditentukan oleh kinerja petani yang umumnya masih rendah. Hal
ini disebabkan petani memiliki lahan sempit, tidak memiliki modal yang cukup,
serta kurang memiliki kemampuan SDM yang memadai. Agar prinsip dan teknologi PHT dapat efektif dimanfaatkan dan
diterapkan oleh petani lebih dahulu perlu dilakukan usaha pemberdayaan petani
untuk dapat menerapkan PHT.
9. Pemasyarakatan konsep PHT
Agar petani mampu menerapkan PHT,
diperlukan usa pemsyarakatan PHT melalui berbagai jalar penerangan, pendidikan,
dan pelatihan baik yang dilakukan secara formal maupun informal.
Ekosistem pertanian
(agroekosistem) memegang
faktor kunci dalam pemenuhan kebutuhan pangan suatu bangsa. Keanekaragaman
hayati (biodiversiy) yang merupakan semua jenis tanaman, hewan, dan
mikroorganisme yang ada dan berinteraksi dalam suatu ekosistem sangat
menentukan tingkat produktivitas
pertanian. Namun demikian dalam kenyataannya pertanian merupakan
penyederhanaan dari keanekaragaman hayati secara alami menjadi tanaman
monokultur dalam bentuk yang ekstrim. Hasil akhir pertanian adalah produksi
ekosistem buatan yang memerlukan perlakuan oleh pelaku pertanian secara
konstan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berupa masukan
agrokimia (terutama pestisida dan pupuk) telah menimbulkan dampak lingkungan
dan sosial yang tidak dikehendaki (Altieri, 1999). Jasa-jasa ekologis yang
diemban oleh keanekaragaman hayati pertanian, diantaranya jasa penyerbukan,
jasa penguraian, dan jasa pengendali hayati (predator, parasitoid, dan patogen)
untuk mengendalikan hama, sangatlah penting bagi pertanian berkelanjutan.
Dengan adanya kemajuan pertanian modern, prinsip ekologi telah diabaikan secara
berkesinambungan, akibatnya agroekosistem menjadi tidak stabil. Perusakan-perusakan
tersebut menimbulkan munculnya hama secara berulang dalam sistem pertanian,
salinisasi, erosi tanah, pencemaran air, timbulnya penyakit dan sebagainya (Van
Emden & Dabrowski, 1997). Memburuknya masalah hama ini sangat berhubungan
dengan perluasan monokultur dengan mengorbankan keragaman tanaman, yang
merupakan komponen bentang alam (landscape) yang penting dalam menyediakan sarana
ekologi untuk perlindungan tanaman dan serangga-serangga
berguna. Salah satu
masalah penting dari sistem pertanian homogen adalah
menurunnya ketahanan
tanaman terhadap serangga hama, terutama
disebabkan oleh
penggunaan pestisida yang tidak bijaksana (Altieri &
Nicholls, 2004).
Di Indonesia, sejak
tahun 1989 lebih da
ri satu juta petani
dan kelompok
tani telah dilatih
dengan mengikuti program Sekolah Lapang PHT (SLPHT)
termasuk SLPHT
Sayuran Dataran Tin
ggi (Untung, 2004).
Mulai tahun 2007
Pemerintah menaikkan
anggaran yang
dialokasikan untuk
kegiatan SLPHT
tanaman pangan,
perkebunan, dan hortikultura. Akan tetapi, keberhasilan
program PHT belum
berko
relasi dengan
menurunnya penggunaan pestisida
secara nasional
(Trisyono, 2008). Kenyataan yang terjadi di Indonesia
masih jauh dari
harapan karena jumlah pestisida yang terdaftar justru
semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Seperti tercatat di Indonesia,
bahwa pada tahun 2002
terdaftar 813
nama dagang
pestisida, meningkat
menjadi 1082 pada
tahun 2004 dan le
bih dari 1500 pada
tahun 2006
(Direktorat Pupuk dan
Pestisida, 2002; Koperasi Ditjen BSP, 2004).
Meningkatnya jumlah
pestisida tersebut disebabkan banyaknya pestisida
generik yang
terdaftar, bahkan cukup banyak ditemukan satu bahan aktif
didaftarkan dengan
lebih dari 10 nama dagang. Meningkatnya jumlah nama
dagang pestisida
tanpa diikuti dengan meningkatnya jumlah bahan aktif
tidak memberikan
nilai tambah terkait dengan usaha untuk memperkecil
keong mas
Keong
mas (Pomacea Canaliculata Lamarck) merupakan siput air tawar yang
dikenal sebagai hama tanamn padi sejak berumur 10 hari setelah pindah tanam.
Kerugian yang dicapai dari serangan keong mas menurunkan produksi gabah
berkisar 16-40%. Dalam hitungan petani jika 1 ha sawah menghasilkan 120sak,
begitu terkena serangan hama keong mas 40% maka gabah yang dihasilkan sebanyak
72 sak.
Paada
tingkat serangan yang hebat keong mas mampu merusak rumpun padi sehingga petani
harus menyulam atau menanam ulang, untuk menghindari kerugian yang cukup besar
maka disarankan untuk menanam padi diatas umur 21 hari.
Keong
mas sanggup hidup berumur 2-6 tahun, memiliki telur berwarna merah muda seperti
buah murbai yang diletakan berkelompok. Tiap telur keong mas berjumlah 200-800
butir dan menetas setelah umur 8-14hari, itulah sebabnya keong mas sulit
dikendalikan karena perkembangannya cukup pesat.
Beberapa
cara untuk mengendalikan keongmas diantaranya adalah:
- Menggunakan
musuh alami bebek dilepas pada areal persawahan sebelum pindah tanam dan
setelah panen untuk memakan anakan dan keong mas yang masih muda.
- Menggunakan
perangkap dari bahan kelambu bekas atau karung goni ditempatkan pada
kubangan sawah yang tergenang air dan diberi makanan kesukaan keong mas
seperti kelapa, pepaya, pisang, berasdan limbah sayuran. Perangkap
tersebut dipasang pada sore hari, kemudian pada esok pagi harinya keong
mas terkumpul pada perangkap dan diangkat ke daratan.
- Mengeringkan air
sawah apabila terjadi serangan cukup besar, buat kubangan disekitar sawah
guna memudahkan dalam pemungutan keongmas
- Tancapkan
tongkat kayu atau bambu disepanjang pematang sawah untuk mempermudah
pemungutan kelompok telur yang menempel pada tongkat.
- Gunakan tanaman
pengandung pestisida nabati yang diletakan pada air persawahan seperti:
daun tembakau, akar tuba, pinang, gadung basah, daun sembung, daun mimba
dan daun mindi
- Menebarkan
serbuk abu kasar dan seresah kayu di areal tempat bermukim keongmas,
apabila teresap masuk kedalam cangkang akan mengakibatkan kematian
Selama
ini keong mas dikenal sebagai hama padi, bila dicermati dibalik musibah pasti
ada hikmahnya. Petani bisa memanfaatkan hama keong mas untuk pembuatan pupuk
organik. Daging keong dan cangkangnya memiliki kandungan vitamin, protein,
lemak, karbohidrat, zat kapur, dan unsur hara lainnya yang dapat diserap oleh
tanaman sehingga cocok untuk digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk organik
cairyang dikenal dengan nama POC keong mas.
Penelitian
Kajian Ekologi Solenopsis geminata (F) sebagai Agens Pengendali Hayati Keong
Emas (Pomacea sp.) telah dilaksanakan baik di lapangan maupun di laboratorium
Ilmu Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian dari bulan Maret – Desember 2011.
Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode survei dan percobaan
laboratorium. Penelitian dilakukan pada daerah yang memiliki temperatur harian
rata-rata 32oC, yaitu pada daerah ketinggian ± 150 m di atas permukaan laut.
Tujuan utama penelitian ini adalah mendapatkan jenis pakan buatan (artificial
diet) yang cocok bagi S. geminata, mendapatkan habitat yang cocok bagi
perkembangan S. geminata, dan mendapatkan umur telur Pomacea sp. yang rentan
bagi S. geminata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan yang cocok bagi
semut predator S. geminata.adalah yang terbuat dari bahan gula dan protein
hewani dengan perbandingan 1:1, bahan pembuat sarang yang cocok sebagai tempat
koloni semut predator S. geminata. Adalah bahan tanah liat, tanah pasir, dan
bahan organik dengan perbandingan 2:2:1; di luar koloni semut predator S.
geminata. mencari makan dengan komposisi kasta setiap 12 – 16 individu kasta
pekerja selalu didampingi oleh 1 individu kasta prajurit; dan telur Pomacea sp.
yang berumur satu dan dua hari setelah telur keluar dari induk lebih rentan
termangsa semut predator S. geminata dari pada yang berumur tiga hari. Ada
kecenderungan bahwa semakin banyak populasi semut predator semakin efektif
melakukan pemangsaan terhadap telur Pomacea sp. Kata kunci: Solenopsis
geminata, Pomacea, pengendalian hayati.
Solenopsis
geminata adalah semut merah berukuran sedang yang bergerak secara perlahan dan
hati-hati. Spesies ini adalah perekrut kuat yang mampu mendominasi sumber
makanan. Para pekerja polimorfiknya (polymorphic) beragam, mulai dari semut kecil
dengan kepala berbentuk bulat telur sampai semut besar dengan kepala berbentuk
persegi. Spesies ini lebih menyukai habitat lebih terbuka, dan tanpa naungan.
Sarang semut biasanya digali di lahan gundul dan dapat dikenali melalui
gundukan yang dihasilkan dari tanah longgar di sekitar semut. Di lapangan, Solenopsis
geminata tidak mungkin dapat dibedakan dengan Solenopsis invicta.
Untuk memastikannya, spesimen harus dikumpulkan dan diperiksa dengan mikroskop.
Pengendalian
Hama Tikus Keong Mas Pada Tanaman Padi Mengunakan Semut Predator (Solenopsis Geminata (F) Dan Biji Pinang
Penerapan PHT dapat Berhasil Menyelesaikan Permasalahan Hama dan Produksi Tanaman
4/
5
Oleh
lufilahmad.blogspot.com