Anak mana yang tega membentak atau melawan ayahnya sendiri. Ayah yang selalu menjaga dalam setiap ketakutan yang menerpa. Ayah yang selalu setia untuk menemani disaat tidak ada teman yang peduli. Ayah yang selalu sabar mengajarkan tentang arti sebuah kehidupan dan tanggung jawab. Bahkan sejuta seniman takmampu untuk menuliskan kata yang menggambarkan tentang berartinya kehadiran seorang ayah. Begitu juga dengan anak dari kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi ini. Diusianya yang masih muda Suneo harus dihadapkan pada sebuah pilihan yang takmampu untuk dipecahkan dengan logikanya. Kali ini dia harus benar-benar mengunakan hati sanubarinya untuk memilih mana yang terbaik untuknya. Suneo adalah anak dengan sejuta impian. Namun untuk yang kedua kalinya mimpinya harus dia kubur dalam-dalam. Suneo harus menepati janji kepada ayahnya ketika raganya masih terbalut dengan busana putih abu. Janji itulah yang kini diminta oleh ayahnya.
Malam yang begitu indah dengan miliyaran bitang yang mengiasi angkasa. Namun indahnya malam ini tak seindah suasana hati Suneo. Karena dimalam ini Suneo harus memilih antara keinginan Ayahnya atau memperjuangkan mimpinya. Diperaduannya Suneo berdepat dengan ayahnya” Nak bukanya Bapak tidak suka kalau kamu kuliah tapi Bapak ingin punya anak yang ngerti agama”,“Tapi pak Suneo pingin Kuliah”, “Bapak rela mengeluarkan uang juataan untuk membiayai kamu asalkan kamu mau ke Pesantren untuk menimba ilmu agama”, “Tapi pak Suneo pingin kuliah”, “Yasudah jika kamu memang pingin kuliah jualah ayam Bapak, tapi Bapak tidak rela mengeluarkan uang sedikitoun untuk membiayai kuliahmu”.
Pagi dirumah Suneo kali ini berbeda dengan sebelumnya, jika pagi sebelumnya ada ayam yang selalu bernyanyi namun tidak dengan pagi ini. Ayam-ayam itu telah dijual kepasar oleh Suneo tadi subuh sebagai awal perjuangan untuk meraih mimpinya. Hasil dari menjual ayam sebesar 120 ribu digunakan Suneo untuk mengkopy beberapa lembar soal untuk SNMPTN yang dia dapatkan dari teman-temannya yang juga ingin kuliah. Dan sisa 20000 untuk dia simpan untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya.
Namun sisa uang dari menjual ayamnya tidak cukup untuk membeli tiket pendaftaran SNMPTN yang harganya 100 ribu. Saat itulah mimpi Suneo untuk melanjutkan kuliah langsung pudar. Tapi berkat seorang sahabat yang selalu didekatnya membuatnya bangkit. Dua sahabat itulah yang selama ini dekat dengan Suneo semenjak Suneo ditinggal pergi Bekti. “Perjuanganmu selama ini akan sia-sia jika kamu tidak melanjutkan kuliah” ucap salah satu sahabat Suneo yang selama ini sering mengajaknya untuk belajar bersama.”Maafkan aku wes rek, tapi aku memang sudah tidak bisa lagi untuk melanjutkannya, kali aku harus benar-benar berhenti” ucap Suneo dengan wajah yang sangat suram seolah telah kehilangan sejuta mimpi dan harapannya. “Jika masalahmu hanyalah uang Insyaallah kami akan akan mebantumu” balas kedua sahabat Suneo yang tidak ingin melihat Suneo putus asa dengan mimpinya hanya karena tidak punya uang.
Keesokan harinya kedua sahabat Suneo mendatangi rumah Suneo, untuk mengajak Suneo kebank. Suneo tidak perlu lagi bingung soal biaya, karena uang dari hasil temannya memecah celengan sudah cukup untuk mendaftarkan tiga orang anak manusia ini untuk membayar SNMPTN. Semenjak saat itulah harapan Suneo mulai bangkit kembali dan semangatnya untuk berkuliah mulai membara seolah air hujan tidak mampu untuk memadamkannya.
Bebekal semangat dan sejuta mimpinya Suneo mulai mengembara keluar daerah untuk meraih mimpinya. Suneo pergi kesebuah daerah dengan julukan seribu suwar-sawir, didaerah inilah suneo berkelana seorang diri. Suneo menetap disebuah Pesantren milik kiai Yusuf didaerah Tegal besar Kabupaten Jember. Suneo tidak untuk selamanya menetap diPesantren Darus Solah ini, Suneo hanya menetap sampai dia menyelesaikan Tes SNMPTN yang diadakan di Universitas Negri Jember. Mimpi yang terlalu besar untuk kuliah membuat Suneo rela untuk menahan rasa lapar. Suneo tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengisi perutnya selain dengan memakan mie yang dia bawa dari rumahnya. Disini Suneo jarang sekali makan nasi kalau tidak diberi oleh santri sekamarnya.
Setelah satu bulan menetap di pesantren darus sholah kini tiba saatnya Suneo untuk membuktikan kemampuannya dengan mengerjakan soal-soal tes SNMPTN. Namun ada yang menganggu pikiran Suneo ketika memilih jurusan. Karena jurusan yang dipilih oleh Suneo bukanlah Matematika seperti yang diharapkannya, jika dia memilih matematika maka dia harus mengerjakan soal Saintek yang belum pernah dia pelajari. Untuk itu Suneo memilih jurusan Pendidikan Ekonomi. Baginya meskipun tidak bisa mengambil jurusan matematika yang penting dia masih bisa mengejar impiannya untuk menjadi seorang guru.
Hari yang ditunggu-tunggu itu ahirnnya datang juga, hari itu adalah diumumkannya siapa saja yang lolos dan diterima di PTN. Seneo sebernarnya sudah yakin kalau dia pasti diterima. Namun untuk mengetahui kebenarannya dia harus melihat pengumumanya dimedia Online. Ternyata firasat Suneo memang benar kini dia resmi diterima di Universitas Negri Jember tepatnya di Fakultas Ekonomi dengan mengambil Program Pendidikan Ekonomi. Kedua teman Suneo juga diterima Di Kimia ITS dan Pendidikan Fisika Universitas Airlangga.
Dijember Suneo menetap dimasjid depan kampusnya saat ini. Masjid itu diberi nama oleh pendirinya dengan nama Masjid Sunan Kalijogo. Masjid itu milik seorang ulama besar yang juga mantan kepala sekolah pertama MAN 1 Jember, beliau adalah Kiai Muhid Muzadi.
tunggu kisah Suneo selanjutnya ya
Ayah Aku Ingin Kuliah (Trilogi Panggil Aku Suneo)
4/
5
Oleh
lufilahmad.blogspot.com