Monday, 5 October 2015

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PETA ZONA AGROEKOLOGI


Image result for unej
ANALISIS PETA ZONA AGROEKOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 6 / Golongan A
1.      Widya Septiana Devi      151510501264
2.      Satrio Bagus Pancono     151510501285
3.      Toriq Nurul Ichsan         151510501301
4.       Rizal Sukarno                 151510501302
5.      Muhammad Ainol Y       151510501306
6.      Akhmad Ma’lufil Waro  151510601138




PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM HOLTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015




BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Agroekologi merupakan suatu bentuk pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama, dimana keragaman dan hewan dapat diharapkan akan berbeda dan tidak nyata. Komponen utama agroekologi adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah, dan tanah. Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang panjang, fisiografi, berkaitan dengan bentuk wilayah, dan tanah merupakan media utama dalam melakukan kegiatan pertanian. Ketiga komponen tersebut bersatu padu dalam menciptakan suatu produk uang melimpah dan berkualitas, serta bermanfaat.
Iklim merupakan perubahan yang paling dominan. Iklim dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor iklim utama yang berhubungan erat dengan keragaman tanaman yaitu suhu dan kelengasan. Untuk daerah tropis seperti Indonesia, suhu dibagi menjadi panas yang biasanya diperoleh pada ketinggian di bawah 700 m dan sejuk untuk wilayah dengan ketinggian yang lebih tinggi sampai sekitar 2000 m di atas permukaan laut. Di Indonesia juga dijumpai wilayah dengan rejim suhu yang dingin pada elevasi yang lebih, tetapi tidak banyak diusahakan untuk pertanian.
Zona agroekologi adalah suatu konsep wilayah yang didasari ilmu agroekologi yang mencakup iklim, topografi, tanah, dan vegetasi lahan dalam aspek-aspek tanam-tumbuh pada lahan serta menghasilkan interaksi antara tanaman dengan lahan tersebut pada kondisi dan wilayah tertentu.
Zona agroekologi berkaitan dengan pola tanam dan lahan yang cocok untuk melaksanakan kegiatan pertanian karena usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh bentuk wilayah dan jenis tanah, maka pengenalan mengenai hal ini perlu dilaksan. Sehubungan dengan hal tersebut, diketahui bahwa Indonesia khususnya, memiliki berbagai bentuk dan jenis tanah serta perwilayahan yang sangat luas, jika tidak ada kecocokan antara lingkungan ini dengan budidaya yang akan dilakukan, maka hasilnya tidak optimal dan pertanian Indonesia tidak akan segera maju jika lahan dan keanekaragamannya tidak dikelola dengan tepat, sehingga mengurangi efektifitas lahan dan tanaman.
Kondisi lahan yang semakin baik akan semakin banyak alternatif komoditas yang dapat dipilih untuk ditanam. Dalam pemilihan tanaman yang sesuai untuk diusahakan dalam suatu lahan diperlukan data masukan tentang lereng, tekstur, kemasaman, rejim kelembaban dan rejim suhu, dengan ketepatan data kita dapat menentukan tanaman yang sesuai hingga meningkatkan produktifitas. Selain itu, kaitannya juga dengan pemasaran produk yang tepat, secara ekonomis, penghasilan produk akan lebih baik jika tepat sasaran baik wilayah maupun konsumennya. Sehingga dibutuhkan informasi yang cukup untuk itu dan akan dipelajari dalam kegiatan praktikum ini yaitu analisis peta zona agroekologi.

1.2  Tujuan
1.      Menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di suatu wilayah ke dalam suatu sistem pangkalan data dan berbagai jenis peta, sehingga tersedia informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan lingkungan di suatu wilayah.
2.      Melakukan analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman atau komoditas pertanian penting, serta kesesuaian teknologi pada suatu wilayah.
3.      Mengidentifikasi berbagai komoditas pertanian unggulan spesifik lokasi, serta mengidentifikasi kebutuhan teknologinya
4.      Memberikan masukan dalam rangka perencanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan komoditas unggulan spesifik lokasi.





BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah yang merupakan modal utama bagi para petani yang keadaannya sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim, yaitu hujan, suhu dan kelembaban. Pengaruh-pengaruh tersebut kadang menguntungkan tetapi sering pula merugikan (Kartasapoertra,1999).
Profil tanah tebalnya berlainan. Mulai dari yang setipis selaput sampai yang setebal 10 meter. Pada umumnya tanah makin tipis mendekati kutub dan makin tebal mendekati khatulistiwa. Setiap horizon profil tanah memiliki struktur yang berbeda. Struktur tanah sangat mempengaruhi sifat dan keadaan tanah seperti antara lain gerakan air, lalu lintas panas, dan aerasi. Oleh karena itu tata air, pernafasan dan penetrasi akar tanaman ditentukan oleh struktur tanah. Umumnya struktur tanah yang dikehendaki tanaman adalah struktur remah, dimana perbandingan antara bahan padat dan ruang pori kurang lebih seimbang. Keseimbangan perbandingan volume tersebut menyebabkan kandungan air dan hawa mencukupi bagi pertumbuhan akar dan bahan padatnya menyebabkan akar dapat cukup kuat untuk bertahan (Darmawijaya,1999).
Teknik pemeliharaan yang baik mampu meningkatkan hampir semua sifat tanah antara lain berat isi, porositas tanah, bahan organik, kemantapan agregat, serta meningkatkan konduktivitas hidrolik dari tanah menjadi lebih baik meskipun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Harrys dkk, 2014).
Zona Agroekologi adalah hasil pengelompokan tanah dan iklim dari suatu wilayah. Adanya Zona agroekologi ini sangat membantu dalam pembangunan sistem pertanian suatu daerah. Menurut Susetyo, dkk (2011) komponen utama agroekologi adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah, dan tanah. Tujuan yang hendak dicapai pada penetapan zona agroekologi (ZAE) adalah untuk menetapkan komoditas potensial berskala ekonomi agar sistem usaha tani dapat berkelanjutan. Untuk tujuan perencanaan pembangunan pada wilayah pertanian, saat ini belum mampu menjangkau sampai skala aplikatif di lapangan. Oleh karena itu diperlukan karakterisasi potensi sumber daya lahan zona agroekologi (ZAE). Dengan mempertimbangkan keadaan agroekologi, penggunaan lahan berupa sistem produksi dan pilihan-pilihan tanaman yang tepat dapat ditentukan. Metode penyusunan Zona Agroekologi (ZAE) dilakukan melalui penggabungan antara karakteristik fisiografi lahan (kelerengan, drainase, tinggi tempat) dan iklim (curah hujan dan suhu). Data karakteristik fisiografi lahan dan iklim diperoleh melalui pengolahan peta kontur, peta ketinggian tempat, dan data curah hujan menjadi peta digital kemiringan, kelembaban, rejim suhu, dan drainase.
Tahap-tahap dalam menentukan Zona Agroekologi (ZAE) adalah:
1.    Pengelompokan zona utama, yang didasarkan pada peta digital kemiringan lereng. Wilayah dikelompokkan dalam empat zona berdasarkan kemiringan lereng, yaitu:
a.    Zona Satu : Kemiringan < 8%, dengan fisiografi datar hingga agak datar.
b.    Zona Dua : Kemiringan 8-15%, dengan fisiografi berombak dan lereng.
c.    Zona Tiga : Kemiringan 15-40%, dengan fisiografi berbukit dan lereng curam.
d.   Zona Empat : Kemiringan > 40%, dengan fisiografi bergunung dan lereng sangat curam.
2.    Pengelompokan atas dasar rejim suhu udara maka wilayah terbagi menjadi tiga kelompok yaitu :
a.    Panas (simbol A) yaitu daerah pada ketinggian 500 m dpl atau memiliki rataan suhu udara tahunan > 26°C.
b.    Sejuk (simbol B) yaitu daerah pada ketinggian 500-1000 mdpl atau memiliki rataan suhu udara tahunan 26°C-23°C
c.    Dingin (simbol C) yaitu daerah pada ketinggian >1000 mdpl atau memiliki rataan suhu udara tahunan < 23°C.
3.    Pengelompokan sub zona rezim kelembaban, dibedakan berdasarkan jumlah bulan kering (curah hujan<60 mm) dalam satu tahun atau didasarkan pada besarnya curah hujan. Sedangkan rezim suhu didasarkan pada ketinggian tempat dari permukaan laut yang mengikuti proses lapse rate adiabatic. Berdasarkan data rejim kelembaban yang didasarkan pada data bulan kering atau curah hujan maka wilayah dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a.    Kering (X) yaitu jika bulan kering>7 bulan dalam satu tahun atau curah hujan tahunan <1500 mm
b.    Lembab (Y) yaitu jika bulan kering antara empat sampai tujuh bulan dalam setahun atau curah hujan tahunan antara 3000-1500 mm; c).Basah (Z) yaitu bulan kering < 3 bulan dalam setahun atau curah hujan tahunan >3000 mm.
4.    Pengelompokan sub zona Drainase. Berdasarkan keadaan drainase tanah (mudah tidaknya air hilang dari tanah) maka wilayah dikelompokkan atas
a.    Drainase baik (simbol satu) yaitu daerah yang tanahnya tidak tergenang
b.    Drainase buruk (simbol dua) yaitu daerah yang tanahnya selalu tergenang (Susetyo dkk,2011).
                 Persepsi terhadap perubahan iklim  dipengaruhi oleh zona agro-ekologi (Okanya dkk,2013). Evaluasi lahan didasarkan pada karakteristik lahan yang bersumber dari data/peta satuan lahan hasil analisis terrain yang telah dilengkapi dengan data tanah dan iklim, serta sosial ekonomi. Penyajian hasil evaluasi lahan dalam wujud spasial atau peta dilakukan dengan cara mengimpor data tabulasi hasil ALES ke dalam format GIS. Penyajian peta kesesuaian lahan dibuat berdasarkan jenis komoditas pertanian yang dikaji dengan menggunakan program ArcView. Untuk Penyusunan peta pewilayahaan komoditas pertanian skala 1 : 50.000, diperlukan hasil evaluasi lahan untuk berbagai komoditas pertanian. Evaluasi lahan didasarkan pada data spasial yaitu peta satuan lahan hasil analisis terrain, dan data tabular berupa data lapangan dan laboratorium dengan menggunakan parameter iklim, terrain dan tanah. Evaluasi lahan dilakukan dengan cara membandingkan (matching) antara karakteristik lahan (land characteristics) dan persyaratan penggunaan lahan (Sebayang,2015).
Sebuah ZAE didefinisikan sebagai unit geografis dengan potensi sumber daya lahan yang sama dan keterbatasan terkait dengan pertanian. Meskipun ada ketidakpastian dalam menggambarkan batas antara dua zona berturut-turut, dengan menggunakan beberapa pendekatan seperti: teori Fuzzy, analisis wavelet dan clustering geografis, tidak ada metode tunggal yang telah dianggap menjadi yang terbaik. GIS pada bagian lain telah sangat meningkatkan pengolahan dan visualisasi dari ZAE. Pengelompokan multivariat telah memberikan hasil yang baik di bidang lain seperti geologi, kesuburan konstan, daerah seragam untuk tanaman dan banyak lagi. Ini adalah alat yang sangat berguna untuk penilaian sumber daya lahan untuk perencanaan yang lebih baik dan pengelolaan dan pemantauan sumber daya tersebut. ZAE dapat digunakan dalam berbagai aplikasi penilaian, termasuk persediaan sumber daya lahan; inventarisasi jenis pemanfaatan lahan dan sistem produksi, termasuk sistem adat, dan kebutuhan mereka; perhitungan potensi hasil; kesesuaian lahan dan produktivitas lahan evaluasi; produktivitas kehutanan dan peternakan; estimasi daerah garapan; zona pemetaan agro-iklim, perkiraan kuantitatif pada areal tanaman potensial, hasil dan produksi; Penilaian degradasi lahan, populasi mendukung penilaian kapasitas dan pemodelan optimasi penggunaan lahan; menilai dan memetakan banjir dan kekeringan kerusakan tanaman; penilaian dampak perubahan iklim; pemantauan pengembangan sumber daya lahan di antara banyak aplikasi lain ( Boitt dkk,2014).










BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1    Waktu dan Tempat
Praktikum acara “Analisis Peta Zona Agroekologi”dilaksanakan pada hari Senin tanggal 26 September 2014 pukul 15.10-16.00 WIB di Ruang 1 Kelas A, Universitas Jember.

3.2    Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1.        Peta Wilayah
2.        Peta Topografi dan Iklim
3.        Data-data cuaca dan wilayah

3.2.2        Alat
1.        Spidol 3 warna
2.        Kertas A4

3.2    Cara Kerja
1.        Memperoleh peta jenis tanah, peta iklim dan peta topografi dengan skala 1:180.000 beserta data dasarnya pada Laboratorium  Agroklimat sebagai rujukan.
2.        Memilah-milah dan mendeliniasi wilayah dari peta-peta tersebut berdasarkan:
a.       Ketinggian yang mewakili rezim suhu yang tetbagi atas rezim isopyhperthermic (ketinggian 0-700 m dpl), isothermic (ketinggian 700-1.500 m dpl) dan isomesic (ketinggian >1.500 m dpl).
b.      Iklim yang mewakili rezim kebasahan yang terbagi atas perudic (iklim tipe A dan B1 menurut klasifikasi Oldeman), udic (iklim tipe B2, C2, dan D2), ustic (tipe iklim C3, D3, dan E).
c.       Jenis tanah  yang dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi FAO, misalnya jenis tanah andisol, alfisol, entisol, dan oxisol.
3.      Menumpang tepatkan (Overlay) peta wilayah berdasarkan jenis tanah dengan peta rezim kebasahan dan peta rezim suhu sehingga diperoleh Peta Zona Agroekologi. Dengan peta ini dapat ditentukan jenis tanaman (meliputi tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan kehutanan serta peternakan) yang paling cocok tumbuh atau hidup di zona tersebut.
4.    Melalui pencocokan peta administrasi dengan skala 1:180.000 untuk mendeliminasi batas-batas pemerintahan daerah (jurisdiction boundary) dengan tujuan memadukan informasi biofisik dengan informasi mengenai sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya.












BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1  Hasil Pengamatan
Tabel 1. Potensi Tanaman Berdasarkan Jenis Tanah
No
Jenis Tanah
Tanaman Potensi
1
Entisol
Tanaman Pangan
singkong, ubi,  Padi, Jagung, Kedelai
Tanaman Sayuran
Sawi, wortel, terong, buncis, kacang panjang, cabai, bawang merah
Tanaman Buah
Mangga, jambu biji, nanas, alpukat, melon, belimbing, anggur
Tanaman Perkebunan
Tembakau, tebu, kopi

Tabel 2. Potensi Tanaman Berdasarkan Rezim Suhu
No
Jenis Tanah
Tanaman Potensi
1
Isohyperthermic
Tanaman Pangan
Padi, Jagung, Ubi Jalar
Tanaman Sayuran
Buncis, Terong
Tanaman Buah
Srikaya, Pisang, Nangka, Pepaya, kelapa
Tanaman Perkebunan
Vanili, Lada, tebu, kopi, tembakau

Tabel 3.  Potensi Tanaman Berdasarkan Kebasahan
No
Jenis Tanah
Tanaman Potensi
1
Ustic
Tanaman Pangan
Kedelai
Tanaman Sayuran
Kacang Panjang
Tanaman Buah
Buah Naga
Tanaman Perkebunan
Tembakau, Tebu
  2     Udik
Tanaman Pangan
Padi, jagung
Tanaman Sayuran
Tomat, cabai, wortel
Tanaman Buah
Jeruk
Tanaman Perkebunan
Teh, kopi, coklat, Tebu

Tabel 4. Zona Agroekologi Kecamatan Prajekan, Kabupaten Bondowoso


No
Jenis Tanah
Tanaman Potensi

1
Ent 2.1
Tanaman Pangan
-

Tanaman Sayuran
-

Tanaman Buah
-

Tanaman Perkebunan
-

2
Ent 1.1
Tanaman Pangan
Padi

Tanaman Sayuran
-

Tanaman Buah
-

Tanaman Perkebunan
-


4.2 Pemabahasan
            Zona agroekologi adalah suatu wilayah yang memiliki karakteristik yang sama untuk menunjang pertanian yang baik dan meningkatkan produk pertanian. Fungsi dari Analisis Peta Zona Agroekologi untuk mengetahui dari hasil pencarian data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di suatu wilayah ke dalam suatu sistem pangkalan data dan berbagai jenis peta sehingga tersedia informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan lingkungan di suatu wilayah5 dan juga menetapkan komoditas potensial berskala ekonomi agar sistem usaha tani dapat berkelanjutan.6
            Adapun 3 hal yang berpengaruh terhadap penentuan zona agroekologi antara lain sebagai berikut :
1. Data Tanah dan Fisiografi
a. Kelerengan.  Dinyatakan dalam %, dan dikelompokkan menjadi datar 0-3%, berombak 3-8%, bergelombang 15-30% dan bergunung > 30%
b. Tekstur.  Dinyatakan berdasarkan bandingan bahan organik, fraksi pasir, debu dan liat dan untuk tanah mineral dikelompokkan dalam kelas -kelas berpasir, berlem- pung, berliat dan berbatu atau organik.
c. Kemasaman.  Dinyatakan dengan nilai pH dan dikelompokkan menjadi sangat masam (pH < 4), masam (pH 4-5,5), netral (pH 5,5 -7,5) dan alkalin (pH > 7,5).
d. Drainase.  Menentukan rejim kelembaban tanah, dikelompokkan menjadi baik, sedang atau buruk.
e.    Elevasi.  Ketinggian dari muka laut dalam meter.

2. Data Iklim
     Data iklim adalah gambaran kondisi suhu dan kelembaban yang kaitannya dengan kondisi hidrologi di sekitar area pertanian.
a. Rejim Kelembaban.  Yang dapat diduga dari drainase tanah dan jumlah bulan kering dan basah dalam setahun.  Bulan kering < 3 termasuk lembab (udic), bulan kering 3-6 termasuk agak kering (ustic), dan bulan kering > 6 termasuk kering (aridic).
b. Rejim Suhu.  Yang dapat diduga dari ketinggian tempat dari muka laut.  Yang lebih rendah dari 700 m termasuk panas (isohyperthermic), antara 700 sampai 2000 m termasuk sejuk (isothermic), dan yang lebih tinggi dari 2000 m termasuk dingin (isomesic)
3. Suatu terminologi umum yang dibutuhkan untuk mendiskripsikan tentang tanah dan perubahan tanah. Kondisi tanah dapat dijadikan acuan untuk memilih teknologi yang akan diaplikasikan untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal
Entisol adalah tanah yang masih muda dan ada pada permukaan tanah yang dangkal, dan ditandai dengan A/C atau A/R. Tanah ini tidak banyak dijumpai dibelahan bumi yang memiliki cuaca beragam. Entisol kemungkinan merupakan variasi pasir dalam atau endapan sungai yang mengering.
Alfisol adalah tanah yang tergolong tanah dewasa yang terdapat pada urutan horizon A/E/bt/C. Tanah ini terbentuk dari perpaduan antara podsolisasi dan proses laterisasi pada suhu dingin menuju panas di wilayah lembab, biasanya ada pada tanah-tanah di hutan. Tanah ini dipengaruhi oleh proses pencucian yang lebih drastis daripada, oleh karena itu, dalam tahap yang lebih maju pembangunan profil. Permukaan warna tanah bervariasi dari abu-abu-coklat sampai coklat kemerahan.
Oxisols adalah tanah matang dengan profil A/B/C. Dibentuk oleh proses laterization di daerah lembab dan tropis yang hangat, mereka biasanya sangat lapuk, bahkan lebih dari Ultisols. Yang horizon B dari oxisols adalah horizons oksik, sebelumnya didefinisikan sebagai bawah permukaan tanah yang mengandung sebagian besar tanah liat hydrous-oxide atau seskuioksida dan jenis tanah liat.Tanah oksik kadang-kadang juga disebut oksik endopedon oleh beberapa ilmuwan tanah.
Andisols adalah tanah muda dengan A/B/C atau profil A/C yang sebelumnya disebut andepts, andosoils atau andosol. Andosol adalah  tanah asli abu vulkanik yang kaya bahan organik. Tanah B sering memiliki karakteristik tanah cambic. Tanah ini, pertama kali di identifikasi di Jepang.






BAB 5.  PENUTUP
5.1  Kesimpulan
            Fungsi dari analisis zona agroekologi antara lain untuk menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di suatu wilayah ke dalam suatu sistem pangkalan data dan berbagai jenis peta sehingga tersedia informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan lingkungan di suatu wilayah. Sehingga kita dapat mengidentifikasi berbagai komoditas pertanian unggulan spesifik lokasi melalui kondisi iklim, topografi dan jenis tananh yang telah ada di daerah tertentu, serta mengidentifikasi kebutuhan teknologinya untuk meningkatkan hasil produk pertanian.
5.2  Saran
Dengan dilakukannya analisis peta zona agroekologi kali ini, diperlukan kajian ulang di masa yang akan datang sesuai dengan teknologi dan perubahan lingkungan yang terjadi.














DAFTAR PUSTAKA
Boitt, M. K, C. N. Mundia, dan P. Pelikka. 2014.  Modelling the Impacts of Climate Change on Agro-Ecological Zones – a Case Study of Taita Hills. Kenya. Universal Journal of Geoscience 2(6): 172-179.

Darmawijaya, M. I. 1990. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Harrys, M , W. H. Utomo, dan S. Prijono. Implementasi Pemeliharaan Lahan Pada Tanaman Ubikayu : Pengaruh Pengelolaan Lahan Terhadap Hasil Tanaman dan Erosi. Malang. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan  1,(1): 83-88, 2014.

Kartasapoetra, A. G. 1990. Klimatologi. Jakarta: Bumi Aksara
Okonya, J. S, K. Syndikus, dan J. Krochel. 2013. Farmers’ Perception of and Coping Strategies to Climate Change: Evidence From Six Agro-Ecological Zones of Uganda.  Journal of Agricultural Science;5,(8); 2013.

Sebayang, L. 2015. Pengkajian Perwilayahan Komoditas Gambir  (Uncaria gambir Roxb.) di Kabupaten Pakpak Bharat Skala 1; 50.000 . Medan.  Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725 2, (2): 102- 109

Sustetyo, Y. A, M. A.  pakareng, dan S. Y. J. Prasetyo. Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE) menggunakan Logika Fuzzy pada Wilayah Pertanian
Kabupaten Semarang Berbasis Data Spasial. Salatiga. Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, 8(1), Februari 2011 : 1 – 100.

Related Posts

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PETA ZONA AGROEKOLOGI
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.