ANALISIS PETA ZONA AGROEKOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh
:
Kelompok 6 / Golongan A
1.
Widya Septiana Devi 151510501264
2.
Satrio Bagus Pancono 151510501285
3.
Toriq Nurul Ichsan 151510501301
4.
Rizal Sukarno 151510501302
5.
Muhammad Ainol Y 151510501306
6.
Akhmad Ma’lufil Waro 151510601138
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM HOLTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agroekologi merupakan suatu bentuk pengelompokan suatu
wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama, dimana keragaman
dan hewan dapat diharapkan akan berbeda dan tidak nyata. Komponen utama
agroekologi adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah, dan tanah. Iklim
merupakan kondisi rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang panjang, fisiografi,
berkaitan dengan bentuk wilayah, dan tanah merupakan media utama dalam
melakukan kegiatan pertanian. Ketiga komponen tersebut bersatu padu dalam
menciptakan suatu produk uang melimpah dan berkualitas, serta bermanfaat.
Iklim merupakan perubahan
yang paling dominan. Iklim dikelompokkan berdasarkan
faktor-faktor iklim utama yang berhubungan erat dengan keragaman tanaman yaitu
suhu dan kelengasan. Untuk daerah tropis seperti Indonesia, suhu dibagi menjadi
panas yang biasanya diperoleh pada ketinggian di bawah 700 m dan sejuk untuk
wilayah dengan ketinggian yang lebih tinggi sampai sekitar 2000 m di atas
permukaan laut. Di Indonesia juga dijumpai wilayah dengan rejim suhu yang
dingin pada elevasi yang lebih, tetapi tidak banyak diusahakan untuk pertanian.
Zona
agroekologi adalah suatu konsep wilayah yang didasari ilmu agroekologi yang
mencakup iklim, topografi, tanah, dan vegetasi lahan dalam aspek-aspek
tanam-tumbuh pada lahan serta menghasilkan interaksi antara tanaman dengan
lahan tersebut pada kondisi dan wilayah tertentu.
Zona agroekologi berkaitan dengan pola tanam dan lahan yang
cocok untuk melaksanakan kegiatan pertanian karena usaha pertanian juga sangat
ditentukan oleh bentuk wilayah dan jenis tanah, maka pengenalan mengenai hal
ini perlu dilaksan. Sehubungan
dengan hal tersebut, diketahui bahwa Indonesia khususnya, memiliki berbagai
bentuk dan jenis tanah serta perwilayahan yang sangat luas, jika tidak ada
kecocokan antara lingkungan ini dengan budidaya yang akan dilakukan, maka
hasilnya tidak optimal dan pertanian Indonesia tidak akan segera maju jika lahan dan keanekaragamannya tidak
dikelola dengan tepat, sehingga mengurangi efektifitas lahan dan tanaman.
Kondisi lahan yang semakin baik akan
semakin banyak alternatif komoditas yang dapat dipilih untuk ditanam. Dalam
pemilihan tanaman yang sesuai untuk diusahakan dalam suatu lahan diperlukan
data masukan tentang lereng, tekstur, kemasaman, rejim kelembaban dan rejim
suhu, dengan
ketepatan data kita dapat menentukan tanaman yang sesuai hingga meningkatkan
produktifitas. Selain itu, kaitannya juga dengan pemasaran produk
yang tepat, secara ekonomis, penghasilan produk akan lebih baik jika tepat
sasaran baik wilayah maupun konsumennya. Sehingga dibutuhkan informasi yang
cukup untuk itu dan akan dipelajari dalam kegiatan praktikum ini yaitu
analisis peta zona agroekologi.
1.2 Tujuan
1. Menyusun data dan informasi tentang
keadaan biofisik dan sosial ekonomi di suatu wilayah ke dalam suatu sistem
pangkalan data dan berbagai jenis peta, sehingga tersedia informasi yang
terpadu dan memadai mengenai keadaan lingkungan di suatu wilayah.
2. Melakukan analisis tentang
kesesuaian beberapa jenis tanaman atau komoditas pertanian penting, serta
kesesuaian teknologi pada suatu wilayah.
3. Mengidentifikasi berbagai komoditas
pertanian unggulan spesifik lokasi, serta mengidentifikasi kebutuhan
teknologinya
4. Memberikan masukan dalam rangka
perencanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan komoditas unggulan
spesifik lokasi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah yang merupakan modal utama bagi para petani yang keadaannya sangat
dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim, yaitu hujan, suhu dan kelembaban.
Pengaruh-pengaruh tersebut kadang menguntungkan tetapi sering pula merugikan (Kartasapoertra,1999).
Profil tanah tebalnya berlainan. Mulai dari yang setipis selaput sampai
yang setebal 10 meter. Pada umumnya tanah makin tipis mendekati kutub dan makin
tebal mendekati khatulistiwa. Setiap horizon profil tanah memiliki struktur
yang berbeda. Struktur tanah sangat mempengaruhi sifat dan keadaan tanah
seperti antara lain gerakan air, lalu lintas panas, dan aerasi. Oleh karena itu
tata air, pernafasan dan penetrasi akar tanaman ditentukan oleh struktur tanah.
Umumnya struktur tanah yang dikehendaki tanaman adalah struktur remah, dimana
perbandingan antara bahan padat dan ruang pori kurang lebih seimbang.
Keseimbangan perbandingan volume tersebut menyebabkan kandungan air dan hawa
mencukupi bagi pertumbuhan akar dan bahan padatnya menyebabkan akar dapat cukup
kuat untuk bertahan (Darmawijaya,1999).
Teknik
pemeliharaan yang baik mampu meningkatkan hampir semua sifat tanah antara lain
berat isi, porositas tanah, bahan organik, kemantapan agregat, serta
meningkatkan konduktivitas hidrolik dari tanah menjadi lebih baik meskipun secara
statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Harrys dkk, 2014).
Zona Agroekologi adalah hasil pengelompokan tanah dan iklim dari suatu
wilayah. Adanya Zona agroekologi ini sangat membantu dalam pembangunan sistem
pertanian suatu daerah. Menurut Susetyo, dkk (2011) komponen utama agroekologi
adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah, dan tanah. Tujuan yang hendak
dicapai pada penetapan zona agroekologi (ZAE) adalah untuk menetapkan komoditas
potensial berskala ekonomi agar sistem usaha tani dapat berkelanjutan. Untuk
tujuan perencanaan pembangunan pada wilayah pertanian, saat ini belum mampu
menjangkau sampai skala aplikatif di lapangan. Oleh karena itu diperlukan
karakterisasi potensi sumber daya lahan zona agroekologi (ZAE). Dengan
mempertimbangkan keadaan agroekologi, penggunaan lahan berupa sistem produksi
dan pilihan-pilihan tanaman yang tepat dapat ditentukan. Metode penyusunan Zona
Agroekologi (ZAE) dilakukan melalui penggabungan antara karakteristik
fisiografi lahan (kelerengan, drainase, tinggi tempat) dan iklim (curah hujan
dan suhu). Data karakteristik fisiografi lahan dan iklim diperoleh melalui
pengolahan peta kontur, peta ketinggian tempat, dan data curah hujan menjadi
peta digital kemiringan, kelembaban, rejim suhu, dan drainase.
Tahap-tahap dalam menentukan Zona Agroekologi (ZAE) adalah:
1.
Pengelompokan zona utama, yang didasarkan pada peta digital kemiringan lereng.
Wilayah dikelompokkan dalam empat zona berdasarkan kemiringan lereng, yaitu:
a.
Zona Satu : Kemiringan < 8%, dengan fisiografi datar hingga agak datar.
b.
Zona Dua : Kemiringan 8-15%, dengan fisiografi berombak dan lereng.
c.
Zona Tiga : Kemiringan 15-40%, dengan fisiografi berbukit dan lereng curam.
d.
Zona Empat : Kemiringan > 40%, dengan fisiografi bergunung dan lereng sangat
curam.
2.
Pengelompokan atas dasar rejim suhu udara maka wilayah terbagi menjadi tiga
kelompok yaitu :
a.
Panas (simbol A) yaitu daerah pada ketinggian 500 m dpl atau memiliki rataan
suhu udara tahunan > 26°C.
b.
Sejuk (simbol B) yaitu daerah pada ketinggian 500-1000 mdpl atau memiliki
rataan suhu udara tahunan 26°C-23°C
c.
Dingin (simbol C) yaitu daerah pada ketinggian >1000 mdpl atau memiliki
rataan suhu udara tahunan < 23°C.
3.
Pengelompokan sub zona rezim kelembaban, dibedakan berdasarkan jumlah bulan
kering (curah hujan<60 mm) dalam satu tahun atau didasarkan pada besarnya
curah hujan. Sedangkan rezim suhu didasarkan pada ketinggian tempat dari
permukaan laut yang mengikuti proses lapse rate adiabatic. Berdasarkan
data rejim kelembaban yang didasarkan pada data bulan kering atau curah hujan
maka wilayah dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Kering (X) yaitu jika bulan kering>7 bulan dalam
satu tahun atau curah hujan tahunan <1500 mm
b. Lembab (Y) yaitu jika bulan kering antara empat sampai
tujuh bulan dalam setahun atau curah hujan tahunan antara 3000-1500 mm;
c).Basah (Z) yaitu bulan kering < 3 bulan dalam setahun atau curah hujan
tahunan >3000 mm.
4. Pengelompokan sub zona Drainase. Berdasarkan keadaan
drainase tanah (mudah tidaknya air hilang dari tanah) maka wilayah dikelompokkan
atas
a. Drainase baik (simbol satu) yaitu daerah yang tanahnya
tidak tergenang
b. Drainase buruk (simbol dua) yaitu daerah yang tanahnya
selalu tergenang (Susetyo dkk,2011).
Persepsi terhadap perubahan iklim
dipengaruhi oleh zona agro-ekologi (Okanya dkk,2013). Evaluasi lahan didasarkan pada
karakteristik lahan yang bersumber dari data/peta satuan lahan hasil analisis
terrain yang telah dilengkapi dengan data tanah dan iklim, serta sosial
ekonomi. Penyajian hasil evaluasi lahan dalam wujud spasial atau peta dilakukan
dengan cara mengimpor data tabulasi hasil ALES ke dalam format GIS. Penyajian
peta kesesuaian lahan dibuat berdasarkan jenis komoditas pertanian yang dikaji
dengan menggunakan program ArcView. Untuk Penyusunan peta pewilayahaan komoditas
pertanian skala 1 : 50.000, diperlukan hasil evaluasi lahan untuk berbagai
komoditas pertanian. Evaluasi lahan didasarkan pada data spasial yaitu peta
satuan lahan hasil analisis terrain, dan data tabular berupa data lapangan dan
laboratorium dengan menggunakan parameter iklim, terrain dan tanah. Evaluasi
lahan dilakukan dengan cara membandingkan (matching) antara karakteristik lahan
(land characteristics) dan persyaratan penggunaan lahan (Sebayang,2015).
Sebuah
ZAE didefinisikan sebagai unit geografis dengan potensi sumber daya lahan yang
sama dan keterbatasan terkait dengan pertanian.
Meskipun ada ketidakpastian dalam menggambarkan batas antara
dua zona berturut-turut, dengan menggunakan beberapa
pendekatan seperti: teori Fuzzy, analisis
wavelet dan clustering geografis, tidak ada metode
tunggal yang telah dianggap menjadi yang terbaik. GIS
pada bagian lain telah sangat meningkatkan pengolahan dan visualisasi dari ZAE.
Pengelompokan multivariat telah memberikan hasil yang baik di
bidang lain seperti geologi, kesuburan konstan, daerah
seragam untuk tanaman dan banyak lagi. Ini adalah alat
yang sangat berguna untuk penilaian sumber daya lahan untuk perencanaan yang
lebih baik dan pengelolaan dan pemantauan sumber daya tersebut. ZAE dapat digunakan dalam berbagai aplikasi penilaian, termasuk
persediaan sumber daya lahan; inventarisasi jenis
pemanfaatan lahan dan sistem produksi, termasuk sistem
adat, dan kebutuhan mereka; perhitungan
potensi hasil; kesesuaian lahan dan produktivitas lahan
evaluasi; produktivitas kehutanan dan peternakan; estimasi
daerah garapan; zona pemetaan agro-iklim, perkiraan kuantitatif pada areal
tanaman potensial, hasil dan produksi; Penilaian
degradasi lahan, populasi mendukung penilaian kapasitas
dan pemodelan optimasi penggunaan lahan; menilai dan
memetakan banjir dan kekeringan kerusakan tanaman; penilaian
dampak perubahan iklim; pemantauan pengembangan sumber
daya lahan di antara banyak aplikasi lain ( Boitt dkk,2014).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum acara
“Analisis Peta Zona Agroekologi”dilaksanakan pada
hari Senin tanggal 26 September 2014 pukul 15.10-16.00 WIB di Ruang 1 Kelas A, Universitas Jember.
3.2
Bahan
dan Alat
3.2.1 Bahan
1.
Peta Wilayah
2.
Peta Topografi dan Iklim
3.
Data-data
cuaca dan wilayah
3.2.2
Alat
1.
Spidol 3 warna
2.
Kertas
A4
3.2
Cara
Kerja
1.
Memperoleh
peta jenis tanah, peta iklim dan peta topografi dengan skala 1:180.000 beserta
data dasarnya pada Laboratorium Agroklimat sebagai rujukan.
2.
Memilah-milah dan mendeliniasi wilayah
dari peta-peta tersebut berdasarkan:
a. Ketinggian yang mewakili rezim suhu
yang tetbagi atas rezim isopyhperthermic (ketinggian 0-700 m dpl), isothermic
(ketinggian 700-1.500 m dpl) dan isomesic (ketinggian >1.500 m
dpl).
b. Iklim yang mewakili rezim kebasahan
yang terbagi atas perudic (iklim tipe A dan B1 menurut
klasifikasi Oldeman), udic (iklim tipe B2, C2, dan D2), ustic (tipe iklim C3, D3, dan E).
c. Jenis tanah yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi FAO, misalnya jenis tanah andisol,
alfisol, entisol, dan oxisol.
3. Menumpang
tepatkan (Overlay) peta wilayah berdasarkan jenis tanah dengan peta rezim
kebasahan dan peta rezim suhu sehingga diperoleh Peta Zona Agroekologi. Dengan peta ini dapat ditentukan jenis
tanaman (meliputi tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan kehutanan serta
peternakan) yang paling cocok tumbuh atau hidup di zona tersebut.
4. Melalui pencocokan peta administrasi
dengan skala 1:180.000 untuk mendeliminasi batas-batas pemerintahan daerah (jurisdiction
boundary) dengan tujuan memadukan informasi biofisik dengan informasi
mengenai sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Potensi Tanaman Berdasarkan
Jenis Tanah
|
|||
No
|
Jenis Tanah
|
Tanaman Potensi
|
|
1
|
Entisol
|
Tanaman Pangan
|
singkong, ubi, Padi, Jagung, Kedelai
|
Tanaman Sayuran
|
Sawi, wortel, terong, buncis, kacang panjang, cabai,
bawang merah
|
||
Tanaman Buah
|
Mangga, jambu biji, nanas, alpukat, melon,
belimbing, anggur
|
||
Tanaman Perkebunan
|
Tembakau, tebu, kopi
|
Tabel 2. Potensi Tanaman Berdasarkan
Rezim Suhu
|
|||
No
|
Jenis Tanah
|
Tanaman Potensi
|
|
1
|
Isohyperthermic
|
Tanaman Pangan
|
Padi, Jagung, Ubi Jalar
|
Tanaman Sayuran
|
Buncis, Terong
|
||
Tanaman Buah
|
Srikaya, Pisang, Nangka, Pepaya, kelapa
|
||
Tanaman Perkebunan
|
Vanili, Lada, tebu, kopi, tembakau
|
Tabel 3. Potensi Tanaman Berdasarkan Kebasahan
|
|||
No
|
Jenis Tanah
|
Tanaman Potensi
|
|
1
|
Ustic
|
Tanaman Pangan
|
Kedelai
|
Tanaman Sayuran
|
Kacang Panjang
|
||
Tanaman Buah
|
Buah Naga
|
||
Tanaman Perkebunan
|
Tembakau, Tebu
|
||
![]() |
Tanaman Pangan
|
Padi, jagung
|
|
Tanaman Sayuran
|
Tomat, cabai, wortel
|
||
Tanaman Buah
|
Jeruk
|
||
Tanaman Perkebunan
|
Teh, kopi, coklat, Tebu
|
Tabel 4. Zona Agroekologi Kecamatan
Prajekan, Kabupaten Bondowoso
|
||||
No
|
Jenis Tanah
|
Tanaman Potensi
|
||
1
|
Ent 2.1
|
Tanaman Pangan
|
-
|
|
Tanaman Sayuran
|
-
|
|||
Tanaman Buah
|
-
|
|||
Tanaman Perkebunan
|
-
|
|||
2
|
Ent 1.1
|
Tanaman Pangan
|
Padi
|
|
Tanaman Sayuran
|
-
|
|||
Tanaman Buah
|
-
|
|||
Tanaman Perkebunan
|
-
|
4.2 Pemabahasan
Zona agroekologi adalah suatu wilayah
yang memiliki karakteristik yang sama untuk menunjang pertanian yang baik dan
meningkatkan produk pertanian. Fungsi dari Analisis Peta Zona Agroekologi untuk
mengetahui dari hasil pencarian data dan informasi tentang keadaan biofisik dan
sosial ekonomi di suatu wilayah ke dalam suatu sistem pangkalan data dan
berbagai jenis peta sehingga tersedia informasi yang terpadu dan memadai
mengenai keadaan lingkungan di suatu wilayah5 dan juga menetapkan
komoditas potensial berskala ekonomi agar sistem usaha tani dapat berkelanjutan.6
Adapun 3 hal yang berpengaruh
terhadap penentuan zona agroekologi antara lain sebagai berikut :
1. Data Tanah dan Fisiografi
a. Kelerengan.
Dinyatakan dalam %, dan dikelompokkan menjadi datar 0-3%, berombak 3-8%,
bergelombang 15-30% dan bergunung > 30%
b. Tekstur.
Dinyatakan berdasarkan bandingan bahan organik, fraksi pasir, debu dan
liat dan untuk tanah mineral dikelompokkan dalam kelas -kelas berpasir, berlem-
pung, berliat dan berbatu atau organik.
c. Kemasaman.
Dinyatakan dengan nilai pH dan dikelompokkan menjadi sangat masam (pH
< 4), masam (pH 4-5,5), netral (pH 5,5 -7,5) dan alkalin (pH > 7,5).
d. Drainase.
Menentukan rejim kelembaban tanah, dikelompokkan menjadi baik, sedang
atau buruk.
e. Elevasi. Ketinggian dari muka laut dalam meter.
2.
Data Iklim
Data iklim adalah gambaran kondisi suhu dan kelembaban yang kaitannya
dengan kondisi hidrologi di sekitar area pertanian.
a.
Rejim Kelembaban. Yang dapat diduga dari
drainase tanah dan jumlah bulan kering dan basah dalam setahun. Bulan kering < 3 termasuk lembab (udic),
bulan kering 3-6 termasuk agak kering (ustic), dan bulan kering > 6 termasuk
kering (aridic).
b.
Rejim Suhu. Yang dapat diduga dari
ketinggian tempat dari muka laut. Yang
lebih rendah dari 700 m termasuk panas (isohyperthermic), antara 700 sampai
2000 m termasuk sejuk (isothermic), dan yang lebih tinggi dari 2000 m termasuk
dingin (isomesic)
3.
Suatu terminologi umum yang dibutuhkan untuk mendiskripsikan tentang tanah dan
perubahan tanah. Kondisi tanah dapat dijadikan acuan untuk memilih teknologi
yang akan diaplikasikan untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal
Entisol adalah tanah yang masih muda dan
ada pada permukaan tanah yang dangkal, dan ditandai dengan A/C atau A/R. Tanah
ini tidak banyak dijumpai dibelahan bumi yang memiliki cuaca beragam. Entisol
kemungkinan merupakan variasi pasir dalam atau endapan sungai yang mengering.
Alfisol adalah tanah yang
tergolong tanah dewasa yang terdapat pada urutan horizon A/E/bt/C. Tanah ini
terbentuk dari perpaduan antara podsolisasi dan proses laterisasi pada suhu
dingin menuju panas di wilayah lembab, biasanya ada pada tanah-tanah di hutan.
Tanah ini dipengaruhi oleh proses pencucian yang lebih drastis daripada, oleh
karena itu, dalam tahap yang lebih maju pembangunan profil. Permukaan warna
tanah bervariasi dari abu-abu-coklat sampai coklat kemerahan.
Oxisols adalah tanah
matang dengan profil A/B/C. Dibentuk oleh proses laterization di daerah lembab
dan tropis yang hangat, mereka biasanya sangat lapuk, bahkan lebih dari
Ultisols. Yang horizon B dari oxisols adalah horizons oksik, sebelumnya
didefinisikan sebagai bawah permukaan tanah yang mengandung sebagian besar
tanah liat hydrous-oxide atau seskuioksida dan jenis tanah liat.Tanah oksik
kadang-kadang juga disebut oksik endopedon oleh beberapa ilmuwan tanah.
Andisols adalah tanah
muda dengan A/B/C atau profil A/C yang sebelumnya disebut andepts, andosoils
atau andosol. Andosol adalah tanah asli
abu vulkanik yang kaya bahan organik. Tanah B sering memiliki karakteristik
tanah cambic. Tanah ini, pertama kali di identifikasi di Jepang.
BAB
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Fungsi dari analisis zona
agroekologi antara lain untuk menyusun data dan informasi tentang keadaan
biofisik dan sosial ekonomi di suatu wilayah ke dalam suatu sistem pangkalan
data dan berbagai jenis peta sehingga tersedia informasi yang terpadu dan
memadai mengenai keadaan lingkungan di suatu wilayah. Sehingga kita dapat
mengidentifikasi berbagai komoditas pertanian unggulan spesifik lokasi melalui
kondisi iklim, topografi dan jenis tananh yang telah ada di daerah tertentu,
serta mengidentifikasi kebutuhan teknologinya untuk meningkatkan hasil produk
pertanian.
5.2 Saran
Dengan
dilakukannya analisis peta zona agroekologi kali ini, diperlukan kajian ulang
di masa yang akan datang sesuai dengan teknologi dan perubahan lingkungan yang
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Boitt, M. K, C. N.
Mundia, dan P. Pelikka. 2014. Modelling
the Impacts of Climate Change on Agro-Ecological Zones – a Case Study of Taita
Hills. Kenya. Universal Journal of
Geoscience 2(6): 172-179.
Darmawijaya, M. I. 1990. Klasifikasi
Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Harrys, M , W. H. Utomo, dan
S. Prijono. Implementasi Pemeliharaan Lahan Pada Tanaman Ubikayu : Pengaruh
Pengelolaan Lahan Terhadap Hasil Tanaman dan Erosi. Malang. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 1,(1): 83-88, 2014.
Kartasapoetra, A. G. 1990. Klimatologi. Jakarta: Bumi Aksara
Okonya, J. S, K. Syndikus, dan J.
Krochel. 2013. Farmers’ Perception of and Coping Strategies to Climate
Change: Evidence From Six Agro-Ecological Zones of Uganda. Journal
of Agricultural Science;5,(8); 2013.
Sebayang, L. 2015. Pengkajian Perwilayahan Komoditas Gambir (Uncaria gambir Roxb.) di Kabupaten Pakpak Bharat Skala 1; 50.000 .
Medan. Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No :
2356-4725 2, (2):
102- 109
Sustetyo, Y. A, M. A. pakareng, dan S. Y. J. Prasetyo. Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE)
menggunakan Logika Fuzzy pada Wilayah Pertanian
Kabupaten Semarang Berbasis Data Spasial. Salatiga. Jurnal
Teknologi Informasi-Aiti, 8(1), Februari 2011 : 1 –
100.
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PETA ZONA AGROEKOLOGI
4/
5
Oleh
lufilahmad.blogspot.com