Pengenalan
Tanaman Penting Dataran Tinggi
Laporan Praktikum
Oleh
:
Kelompok 5 / Golongan G
AKHMAD MA’LUFIL
WARO (151510601138)
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB
1. PENDAHULUAN
- Latar BelakangIndonesia adalah suatu Negara tropis dengan karakteristik melimpahnya cahaya matahari sepanjang tahun. Indonesia juga merupakan Negara agraris terbesar di dunia dengan sumber daya alam yang melimpah. Mayoritas penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani yang dengan kata lain memanfaatkan melimpahnya sumber daya alam yang ada di Indonesia. Banyaknya penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani tidak menjadikan penduduk khususnya para petani sejahtera karena pada kenyataanya kekayaan sumber daya alam yang ada di Indonesia tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang memadai. Indonesia yang merupakan Negara tropis yang memiliki berbagai macam topografi dan geografi yang berbeda. Secara garis besar, topografi di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu dataran tinggi dan dataran rendah.Pertanian merupakan kegiatan mengolah sumber daya alam menjadi suatu produk baik dalam bentuk mentah maupun siap dikonsumsi yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Aktivitas pertanian di Indonesia umumnya dilakukan oleh masyarakat pedesaan. Hal tersebut dikarenakan di pedesaan masih tersedia lahan yang cukup untuk lahan pertanian sedangkan di perkotaan lahan pertanian yang ada sudah diubah menjadi bangunan-bangunan modern. Seorang petani harus mengetahui jenis tanaman yang cocok di daerah tersebut. Pada daerah dataran tinggi petani harus memilih tanaman yang cocok dan dapat berproduksi secara optimal di dataran tinggi tersebut.Dataran tinggi merupakan dataran yang berada pada ketinggian lebih dari 500 m dpl. Dataran terbentuk dari proses erosi dan sedimentasi. Dataran tinggi juga dapat didefinisikan sebagai dataran yang letaknya cukup tinggi jika diukur dari permukaan laut. Dataran tinggi pada umumnya memiliki kelembaban yang relatif tinggi dan suhu yang relatif rendah atau dengan kata lain dingin. Pada umumnya, tekstur tanah pada dataran tinggi memiliki kelengasan yang tinggi sehingga berpotensi terjadi erosi tanah. Hara yang ada di daerah dataran tinggi relative melimpah atau subur karena pada umumnya daerah dataran tinggi terletak di dekat gunung berapi.Tanaman penting di suatu daerah merupakan tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal di suatu wilayah atau daerah. Tanaman penting dataran tinggi merupakan tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi optimal di dataran tinggi serta mampu beradaptasi dengan kondisi alam baik iklim, suhu, maupun kelembaban, tingkat keasaman tanah serta kandungan hara dalam tanah. Daerah dataran tinggi pada umumnya membutuhkan tanaman tahunan dengan zona perakaran yang dalam agar bisa mencegah terjadinya erosi pada tanah di daerah dataran tinggi tersebut. Tidak menutup kemungkinan tanaman sayuran dan buah-buahan dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal di daerah dataran tinggi. Tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi optimal di dataran tinggi diantaranya kopi, apel, stroberry, dan kakao.
- Tujuan
- Untuk mengetahui tanaman-tanaman penting yang berhabitat di daerah dataran tinggi serta morfologi dan taksonominya.
- Untuk mengenal tanaman-tanaman penting yang berhabitat di daerah dataran tinggi serta morfologi dan taksonominya.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Ketinggian
suatu tempat atau daerah akan mempengaruhi temperature dan suhu di wilayah
tersebut. Semakin tinggi suatu tempat semakin rendah temperature di daerah
tersebut. Ketinggian dan temperature juga akan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Tidak sedikit tanaman di Indonesia yang hanya dapat tumbuh di daerah
dengan ketinggian yang tinggi dan temperature serta suhu rendah. Wilayah dengan
karakteristik tersebut biasa disebut dataran tinggi (Ashari dalam Rina dkk,
2012).
Tanaman
kacang-kacangan dapat tumbuh optimal di daerah datarn tinggi, namun juga tidak
menutup kemungkinan tumbuh di dataran rendah dengan rentang suhu tertentu.
Tanaman kacang-kacangan yang tumbuh di daerah dataran rendah tidak akan tumbuh
optimal seperti di daerah dataran tinggi. Suhu yang dikehendaki oleh tanaman
kacang-kacangan untuk bisa tumbuh dan berproduksi secara optimal adalah 25oC
(Nazarudin dalam Anwar, 2013).
Tanaman
brokoli merupakan tanaman sayuran yang hanya cocok tumbuh di dataran tinggi.
Hal tersebut dikarenakan brokoli tidak tahan terhadap suhu panas. Brokoli bisa
tumbuh di daerah dengan ketinggian kurang lebih 700 m diatas permukaan laut.
Suhu harian yang dikehendaki oleh brokoli agar dapat tumbuh dan berproduksi
secara optimal adalah 18-20oC. ketahanannya terhadap suhu rendah
tidak menjadikannya tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang
tinggi dan terus menerus akan menjadikan brokoli rentan terhadap penyakit busuk
atau Erwinia Carotovora dengan cirri
adanya bintik-bintik warna hitam pada bunga brokoli (Ashari, 1995).
Gandum
merupakan tanaman dataran tinggi yang mempunyai prospek produksi tinggi. Gandum
juga mempunyai prospek nilai ekonomi yang tinggi jika bisa dibudidayakan di
Indonesia. Hal tersebut dikarenakan masyarakat Indonesia sudah mulai mengetahui
manfaat gandum. Produksi gandum belum optimal karena terbatasnya lahan
pertanian di dataran tinggi yang digunakan untuk menanam komoditas hortikultura
sehingga berpengaruh terhadap pengembangan produksi gandum (Farid dalam Wahyu
dkk, 2013).
Wortel
dapat tumbuh dan berproduksi optimal di daerah dataran tinggi dengan ketinggian
500-2000 m dpl. Wortel menghendaki suhu harian 20oC dan suhu siang
25oC agar dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Kendala yang
dialami tanaman wortel adalah adanya nematoda dan penyakit umbi yang mudah
menyerang wortel (Taher dkk, 2012).
Kopi
merupakan tanaman dataran tinggi dengan zona sekitar 20o lintang
utara dan 20o lintang selatan dengan ketinggian sekitar 800-1500 m
dpl. Suhu yang dikehendaki tanaman kopi adalah 21-24oC. Saat ini,
telah banyak dilakukan penelitian tentang tanaman kopi yang dapat dibudidayakan
di daerah datarn rendah guna memenuhi permintaan pasar yang tinggi
(Syamsulbahri, 1996).
BAB
3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengantar Ilmu Tanaman
dengan acara Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi dilakukan pada hari
Minggu tanggal 1 November 2015 pada
pukul 9.00 – 10.00 WIB di Rembangan
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
- Tanaman yang diamati
3.2.2
Alat
- Tabel pengamatan
- Alat tulis
- Penggaris
- Meja dada
3.3 Cara Kerja
- Menyiapkan alat dan bahan
- Menetapkan objek tanaman yang diamati
- Menggambar bentuk tanaman yang diamati dan memberi keterangan bagian-bagiannya
- Mengisi tabel pengamatan
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Morfologi Tanaman
No
|
Tanaman
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
1
|
Akar serabut,Serabut
Tidak hanya tumbuh
pangkal batang, namun juga di sela-sela batang. Batang sekulen dan berbentuk segitiga. Daun berduri
dan memiliki bunga yang sempurna. Proses penyerbukan dibantu oleh manusia,
bentuk buah bulat agak lonjong dan termasuk tipe tanaman dikotil.
|
|||
2.
|
Krisan
|
Akar
serabut, menyebar ke semua arah pada kedalaman 20-40 cm. Batang tumbuh tegak,
berstruktur lunak dan berwarna hijau. Pada daun bagian tepi bercelah,
bergerigi, dan menyirip. Bunga tumbuh tekag pada ujung batang. Buah yang
dihasilkan berbentuk biji, dan diperbanyak secara generatif
|
||
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yag dilakukan
di wilayah dataran tinggi, terdapat beranekaragam jenis tanaman yang salah satu
diantaranya adalah tanaman buah naga dan bunga krisan. Tanaman buah naga
memiliki nama latin Hylocereus Undatus
dan termasuk ke dalam ordo Caryophyllales.
Buah naga memiliki biji berkeping dua atau dikotil. Batang buah naga memiliki
kandungan air yang lebih banyak daripada batang tanaman lain atau disebut
dengan batang sukulen, sehingga tipe fotosintesisnya adalah CAM. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ai (2012) yang menyatakan bahwa daur CAM terjadi pada tanaman
yang memiliki batang sukulen seperti kaktus, nenas dan buah naga. Tanaman buah
naga memiliki bunga sempurna sehingga mampu melakukan proses penyerbukan
sendiri. Bunga yang tidak rontok akan berkembang menjadi buah. Buah tersebut
berbentuk bulat agak lonjong dengan jumbai-jumbai disekujur kulit buahnya. Daun
tanaman buah naga berbentuk duri, hal ini memiliki tujuan agar laju transpirasi
yang terjadi rendah. Namun, hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Kristanto
dalam Sustiami dkk. (2012) yang menyatakan bahwa secara morfologi tanaman ini
termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun yang mana hanya
memiliki akar, batang dan cabang, bunga, buah serta biji. Tanaman buah naga
termasuk ke dalam tanaman hortikultura dan termasuk tanaman tahunan, artinya
hidupnya sepanjang tahun dan akan dipanen sepanjang tahun sampai tanaman
tersebut berhenti berproduksi. Buah naga dimanfaatkan sebagai bahan pangan
maupun obat-obatan sehingga banyak petani yang membudidayakannya. Penanaman
tanaman buah naga diawali dengan pengolahan tanah dengan cara membuat lubang
tanah dengan kedalaman 1,5 meter. Setelah lahan diolah, selanjutnya dilakukan
pemupukan dengan memberi pupuk urea, ponska, KCl dan SP36. Pengairan tanaman
buah naga dilakukan dengan menyiramnya 1 minggu sekali namun bila musim hujan
tidak perlu dilakukan penyiraman. Pengendalian penyakit tanaman buah naga
adalah dilakukan pemotongan pada bagian yang terserang penyakit. Hama yang
sering menyerang tanaman buah naga adalah semut yang akan dikendalikan dengan
menggunakan insektisida, sedangkan pengendalian gulma dilakukan dengan cara
dicabut maupun menggunakan obat. Tanaman buah naga dapat dipanen apabila telah
berumur kira-kira 2 bulan denga ukuran buah yang besar. Pemanenan buah naga
dilakukan dengan mengiris buah dengan bentuk segitiga, hal ini bertujuan agar
tanaman buah naga tidak mudah terserang penyakit. Setelah dipanen, dilakukan penyortiran
buah naga ke dalam beberapa kategori mulai dari grade A sampai grade C. Buah naga
kemudian dipasarkan ke beberapa wilayah lokal maupun mancanegara. Harga buah
naga di pasaran berkisar antara 12.500-15000 rupiah per kilogram.
Penelitian selanjutnya dilakukan
pada tanaman bunga krisan. Bunga krisan memiliki nama latin Chrysanthemum Morifolum dan termasuk ke
dalam famili Asteraceae. Tanaman
bunga krisan memiliki biji berkeping dua dengan tipe perkecambahan epigeal. Berdasarkan
proses fotosintesisnya, bunga krisan termasuk ke dalam tanaman C3, hal ini
berarti bahwa tanaman bunga krisan mengalami daur C4. Menurut Ai (2012), daur
C3 merupakan daur reaksi yang menghasilkan senyawa pertama berupa senyawa
dengan 3 atom karbon. Bunga krisan memiliki akar serabut yang menyebar ke
segala arah dengan kedalaman sekitar 10-40 cm. Batang bunga krisan tumbuh
tegak, memiliki beberapa percabangan, berstruktur lunak serta berwarna hijau.
Bunga krisan memiliki jenis daun menyirip yang bagian tepinya bergerigi dan tersusun
bersealng-seling pada cabang, sedangkan bunga tanaman ini tumbuh tegak pada
ujung batang. Bunga krisan termasuk ke dalam tanaman ornament, artinya tanaman
ini dimanfaatkan manusia sebagai dekorasi karena memiliki unsur keindahan. Pada
penelitian ini terdapat hanya satu jenis bunga krisan, namun menurut Anyana
dalam Demmassabu dkk. (2011), bunga krisan memiliki beragam jenis, antara lain
jenis pompon, tunggal, dekoratif dan anemon. Pembudidayaan bunga krisan diawali
dengan melakukan pembibitan yang diperoleh dari luar kota, kemudian dilakukan
pengolahan tanah dengan mencangkul dan membuat bedengan. Selanjutnya dilakukan
proses penanaman, penanaman bunga krisan dilakukan dengan memberi jarak antara
satu tanaman dengan tanaman lainnya. Sistem pengairan yang digunakan adalah dap
celup yang dilakukan setiap pagi dan sore. Pengendalian penyakit dilakukan
dengan memberi insektisida. Hama yang sering menyerang bunga krisan adalah
pengar, denton dan wereng. Bunga krisan dapat dipanen apabila telah berumur 3
bulan dan memiliki bunga yang mekar sempurna, namun juga dapat dipanen seusai
dengan permintaan konsumen. Pemanenan dilakukan dengan memotong tanaman bunga
krisan sepanjang 80 cm dari ujung tanaman. Sebelum dipassarkan, bunga krisan
terlebih dahulu dilakukan proses sortasi yaitu dengan memisahkan bersadarkan
jenis spray serta berdasarkan warna. Bunga krisan kemudian dikemas 1 ikat yang
berisi 10 bunga kemudian dipasarkan ke wilayah domestik.
BAB 5. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dataran tinggi memiliki keanekaragaman
jenis tanaman, salah satu diantaranya adalah tanaman buah naga dan tanaman
bunga krisan
2. Tanaman buah naga dimanfaatkan manusia
sebagai bahan pangan dan obat-obatan sedangkan tanaman bunga krisan
dimanfaatkan sebagai dekorasi karena memiliki unsur keindahan
3. Pemasaran tanaman buah naga dan bunga
krisan rata-rata dilakukan di wilayah pasar domestik
5.2 Saran
Untuk
memperoleh hasil pengamatan yang maksimal, pengamatan tidak hanya dilakukan
pada satu kawasan dataran tinggi, namun beberapa kawasan sehingga nantinya
didapatkan berbagai jenis tanaman dataran tinggi yang beragam pada setiap
kawasan yang berbeda. Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui manfaat berbagai
jenis tanaman dari berbagai wilayah yang ada di dataran tinggi. Informasi
mengenai sistem pemasaran hasil produksi dilakukan dengan wawancara pada
narasumber yang berbeda-beda guna mendapatkan informasi yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,
C. 2013. Analisis Ekonomi Komoditi Kacang Panjang di Kabupaten Banyuasin
Sumatera Selatan dalam Jurnal Ilmiah
AgrIBA (1): 198-204.
Ashari,
S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Rina,
D.N., Chairul., Sofiyeni. 2012. Komposisi dan Struktur Tanaman Pekarangan
Dataran Tinggi di Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok dalam Jurnal Biologi
Universitas Andalas 1(2): 144-149.
Syamsulbahri.
1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ai, N.S. 2012. Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Ilmiah Sains, 12(1): 28-34.
Sulistiami, A., Waeniati, Muslimin dan I.N. Suwastika. 2012. Pertumbuhan Organ Tanaman Buah Naga(Hylocerus undatus) pada Medium Ms Dengan Penambahan Bap dan Sukrosa. Natural Science, 1(1): 27-33.
Taher,
M., Supramana., Suastika, G. 2012. Identifikasi Meloidogyne Penyebab Penyakit Umbi Bercabang pada Wortel di Dataran
Tinggi Dieng dalam Jurnal Fitopatologi
Indonesia 8(1): 16-21
.
.
Wahyu,
Y., Samosir, A.P., Budiarti, S.G. 2013. Adaptabilitas Genotip Gandum Introduksi dalam Agrohorti 1(1): 1-6.
Ai, N.S. 2012. Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Ilmiah Sains, 12(1): 28-34.
Laporan Praktikum Pengenalan Tnaman Penting Dataran Tinggi
4/
5
Oleh
lufilahmad.blogspot.com