Tuesday, 3 November 2015

Laporan Praktikum Pengenalan Tnaman Penting Dataran Tinggi


Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi
Laporan Praktikum
Oleh :
Kelompok 5 / Golongan G
AKHMAD MA’LUFIL WARO  (151510601138)







PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015


BAB 1. PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang
      Indonesia adalah suatu Negara tropis dengan karakteristik melimpahnya cahaya matahari sepanjang tahun. Indonesia juga merupakan Negara agraris terbesar di dunia dengan sumber daya alam yang melimpah. Mayoritas penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani yang dengan kata lain memanfaatkan melimpahnya sumber daya alam yang ada di Indonesia. Banyaknya penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani tidak menjadikan penduduk khususnya para petani sejahtera karena pada kenyataanya kekayaan sumber daya alam yang ada di Indonesia tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang memadai. Indonesia yang merupakan Negara tropis yang memiliki berbagai macam topografi dan geografi yang berbeda. Secara garis besar, topografi di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu dataran tinggi dan dataran rendah.
      Pertanian merupakan kegiatan mengolah sumber daya alam menjadi suatu produk baik dalam bentuk mentah maupun siap dikonsumsi yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Aktivitas pertanian di Indonesia umumnya dilakukan oleh masyarakat pedesaan. Hal tersebut dikarenakan di pedesaan masih tersedia lahan yang cukup untuk lahan pertanian sedangkan di perkotaan lahan pertanian yang ada sudah diubah menjadi bangunan-bangunan modern. Seorang petani harus mengetahui jenis tanaman yang cocok di daerah tersebut.  Pada daerah dataran tinggi petani harus memilih tanaman yang cocok dan dapat berproduksi secara optimal di dataran tinggi tersebut.
      Dataran tinggi merupakan dataran yang berada pada ketinggian lebih dari 500 m dpl. Dataran terbentuk dari proses erosi dan sedimentasi. Dataran tinggi juga dapat didefinisikan sebagai dataran yang letaknya cukup tinggi jika diukur dari permukaan laut. Dataran tinggi pada umumnya memiliki kelembaban yang relatif tinggi dan suhu yang relatif rendah atau dengan kata lain dingin. Pada umumnya, tekstur tanah pada dataran tinggi memiliki kelengasan yang tinggi sehingga berpotensi terjadi erosi tanah. Hara yang ada di daerah dataran tinggi relative melimpah atau subur karena pada umumnya daerah dataran tinggi terletak di dekat gunung berapi.
      Tanaman penting di suatu daerah merupakan tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal di suatu wilayah atau daerah. Tanaman penting dataran tinggi merupakan tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi optimal di dataran tinggi serta mampu beradaptasi dengan kondisi alam baik iklim, suhu, maupun kelembaban, tingkat keasaman tanah serta kandungan hara dalam tanah. Daerah dataran tinggi pada umumnya membutuhkan tanaman tahunan dengan zona perakaran yang dalam agar bisa mencegah terjadinya erosi pada tanah di daerah dataran tinggi tersebut. Tidak menutup kemungkinan tanaman sayuran dan buah-buahan dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal di daerah dataran tinggi. Tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi optimal di dataran tinggi diantaranya kopi, apel, stroberry, dan kakao.

    2. Tujuan
  1. Untuk mengetahui tanaman-tanaman penting yang berhabitat di daerah dataran tinggi serta morfologi dan taksonominya.
  2. Untuk mengenal tanaman-tanaman penting yang berhabitat di daerah dataran tinggi serta morfologi dan taksonominya.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Ketinggian suatu tempat atau daerah akan mempengaruhi temperature dan suhu di wilayah tersebut. Semakin tinggi suatu tempat semakin rendah temperature di daerah tersebut. Ketinggian dan temperature juga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tidak sedikit tanaman di Indonesia yang hanya dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian yang tinggi dan temperature serta suhu rendah. Wilayah dengan karakteristik tersebut biasa disebut dataran tinggi (Ashari dalam Rina dkk, 2012).
Tanaman kacang-kacangan dapat tumbuh optimal di daerah datarn tinggi, namun juga tidak menutup kemungkinan tumbuh di dataran rendah dengan rentang suhu tertentu. Tanaman kacang-kacangan yang tumbuh di daerah dataran rendah tidak akan tumbuh optimal seperti di daerah dataran tinggi. Suhu yang dikehendaki oleh tanaman kacang-kacangan untuk bisa tumbuh dan berproduksi secara optimal adalah 25oC (Nazarudin dalam Anwar, 2013).
Tanaman brokoli merupakan tanaman sayuran yang hanya cocok tumbuh di dataran tinggi. Hal tersebut dikarenakan brokoli tidak tahan terhadap suhu panas. Brokoli bisa tumbuh di daerah dengan ketinggian kurang lebih 700 m diatas permukaan laut. Suhu harian yang dikehendaki oleh brokoli agar dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal adalah 18-20oC. ketahanannya terhadap suhu rendah tidak menjadikannya tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi dan terus menerus akan menjadikan brokoli rentan terhadap penyakit busuk atau Erwinia Carotovora dengan cirri adanya bintik-bintik warna hitam pada bunga brokoli (Ashari, 1995).
Gandum merupakan tanaman dataran tinggi yang mempunyai prospek produksi tinggi. Gandum juga mempunyai prospek nilai ekonomi yang tinggi jika bisa dibudidayakan di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan masyarakat Indonesia sudah mulai mengetahui manfaat gandum. Produksi gandum belum optimal karena terbatasnya lahan pertanian di dataran tinggi yang digunakan untuk menanam komoditas hortikultura sehingga berpengaruh terhadap pengembangan produksi gandum (Farid dalam Wahyu dkk, 2013).
Wortel dapat tumbuh dan berproduksi optimal di daerah dataran tinggi dengan ketinggian 500-2000 m dpl. Wortel menghendaki suhu harian 20oC dan suhu siang 25oC agar dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Kendala yang dialami tanaman wortel adalah adanya nematoda dan penyakit umbi yang mudah menyerang wortel (Taher dkk, 2012).
Kopi merupakan tanaman dataran tinggi dengan zona sekitar 20o lintang utara dan 20o lintang selatan dengan ketinggian sekitar 800-1500 m dpl. Suhu yang dikehendaki tanaman kopi adalah 21-24oC. Saat ini, telah banyak dilakukan penelitian tentang tanaman kopi yang dapat dibudidayakan di daerah datarn rendah guna memenuhi permintaan pasar yang tinggi (Syamsulbahri, 1996).

 

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Pengantar Ilmu Tanaman dengan acara Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi dilakukan pada hari Minggu tanggal  1 November 2015 pada pukul 9.00 – 10.00 WIB di Rembangan

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
  1. Tanaman yang diamati
3.2.2 Alat
  1. Tabel pengamatan
  2. Alat tulis
  3. Penggaris
  4. Meja dada

3.3 Cara Kerja
  1. Menyiapkan alat dan bahan
  2. Menetapkan objek tanaman yang diamati
  3. Menggambar bentuk tanaman yang diamati dan memberi keterangan bagian-bagiannya
  4. Mengisi tabel pengamatan
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
 Tabel 1. Morfologi Tanaman
No
Tanaman
Gambar
Keterangan
1
Buah Naga

Akar serabut,Serabut
Tidak hanya tumbuh pangkal batang, namun juga di sela-sela batang. Batang sekulen dan berbentuk segitiga. Daun berduri dan memiliki bunga yang sempurna. Proses penyerbukan dibantu oleh manusia, bentuk buah bulat agak lonjong dan termasuk tipe tanaman dikotil.        

2.
Krisan
Akar serabut, menyebar ke semua arah pada kedalaman 20-40 cm. Batang tumbuh tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Pada daun bagian tepi bercelah, bergerigi, dan menyirip. Bunga tumbuh tekag pada ujung batang. Buah yang dihasilkan berbentuk biji, dan diperbanyak secara generatif









4.2 Pembahasan
                Berdasarkan hasil pengamatan yag dilakukan di wilayah dataran tinggi, terdapat beranekaragam jenis tanaman yang salah satu diantaranya adalah tanaman buah naga dan bunga krisan. Tanaman buah naga memiliki nama latin Hylocereus Undatus dan termasuk ke dalam ordo Caryophyllales. Buah naga memiliki biji berkeping dua atau dikotil. Batang buah naga memiliki kandungan air yang lebih banyak daripada batang tanaman lain atau disebut dengan batang sukulen, sehingga tipe fotosintesisnya adalah CAM. Hal ini sesuai dengan pendapat Ai (2012) yang menyatakan bahwa daur CAM terjadi pada tanaman yang memiliki batang sukulen seperti kaktus, nenas dan buah naga. Tanaman buah naga memiliki bunga sempurna sehingga mampu melakukan proses penyerbukan sendiri. Bunga yang tidak rontok akan berkembang menjadi buah. Buah tersebut berbentuk bulat agak lonjong dengan jumbai-jumbai disekujur kulit buahnya. Daun tanaman buah naga berbentuk duri, hal ini memiliki tujuan agar laju transpirasi yang terjadi rendah. Namun, hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Kristanto dalam Sustiami dkk. (2012) yang menyatakan bahwa secara morfologi tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun yang mana hanya memiliki akar, batang dan cabang, bunga, buah serta biji. Tanaman buah naga termasuk ke dalam tanaman hortikultura dan termasuk tanaman tahunan, artinya hidupnya sepanjang tahun dan akan dipanen sepanjang tahun sampai tanaman tersebut berhenti berproduksi. Buah naga dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun obat-obatan sehingga banyak petani yang membudidayakannya. Penanaman tanaman buah naga diawali dengan pengolahan tanah dengan cara membuat lubang tanah dengan kedalaman 1,5 meter. Setelah lahan diolah, selanjutnya dilakukan pemupukan dengan memberi pupuk urea, ponska, KCl dan SP36. Pengairan tanaman buah naga dilakukan dengan menyiramnya 1 minggu sekali namun bila musim hujan tidak perlu dilakukan penyiraman. Pengendalian penyakit tanaman buah naga adalah dilakukan pemotongan pada bagian yang terserang penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman buah naga adalah semut yang akan dikendalikan dengan menggunakan insektisida, sedangkan pengendalian gulma dilakukan dengan cara dicabut maupun menggunakan obat. Tanaman buah naga dapat dipanen apabila telah berumur kira-kira 2 bulan denga ukuran buah yang besar. Pemanenan buah naga dilakukan dengan mengiris buah dengan bentuk segitiga, hal ini bertujuan agar tanaman buah naga tidak mudah terserang penyakit. Setelah dipanen, dilakukan penyortiran buah naga ke dalam beberapa kategori mulai dari grade A sampai grade C. Buah naga kemudian dipasarkan ke beberapa wilayah lokal maupun mancanegara. Harga buah naga di pasaran berkisar antara 12.500-15000 rupiah per kilogram.
            Penelitian selanjutnya dilakukan pada tanaman bunga krisan. Bunga krisan memiliki nama latin Chrysanthemum Morifolum dan termasuk ke dalam famili Asteraceae. Tanaman bunga krisan memiliki biji berkeping dua dengan tipe perkecambahan epigeal. Berdasarkan proses fotosintesisnya, bunga krisan termasuk ke dalam tanaman C3, hal ini berarti bahwa tanaman bunga krisan mengalami daur C4. Menurut Ai (2012), daur C3 merupakan daur reaksi yang menghasilkan senyawa pertama berupa senyawa dengan 3 atom karbon. Bunga krisan memiliki akar serabut yang menyebar ke segala arah dengan kedalaman sekitar 10-40 cm. Batang bunga krisan tumbuh tegak, memiliki beberapa percabangan, berstruktur lunak serta berwarna hijau. Bunga krisan memiliki jenis daun menyirip yang bagian tepinya bergerigi dan tersusun bersealng-seling pada cabang, sedangkan bunga tanaman ini tumbuh tegak pada ujung batang. Bunga krisan termasuk ke dalam tanaman ornament, artinya tanaman ini dimanfaatkan manusia sebagai dekorasi karena memiliki unsur keindahan. Pada penelitian ini terdapat hanya satu jenis bunga krisan, namun menurut Anyana dalam Demmassabu dkk. (2011), bunga krisan memiliki beragam jenis, antara lain jenis pompon, tunggal, dekoratif dan anemon. Pembudidayaan bunga krisan diawali dengan melakukan pembibitan yang diperoleh dari luar kota, kemudian dilakukan pengolahan tanah dengan mencangkul dan membuat bedengan. Selanjutnya dilakukan proses penanaman, penanaman bunga krisan dilakukan dengan memberi jarak antara satu tanaman dengan tanaman lainnya. Sistem pengairan yang digunakan adalah dap celup yang dilakukan setiap pagi dan sore. Pengendalian penyakit dilakukan dengan memberi insektisida. Hama yang sering menyerang bunga krisan adalah pengar, denton dan wereng. Bunga krisan dapat dipanen apabila telah berumur 3 bulan dan memiliki bunga yang mekar sempurna, namun juga dapat dipanen seusai dengan permintaan konsumen. Pemanenan dilakukan dengan memotong tanaman bunga krisan sepanjang 80 cm dari ujung tanaman. Sebelum dipassarkan, bunga krisan terlebih dahulu dilakukan proses sortasi yaitu dengan memisahkan bersadarkan jenis spray serta berdasarkan warna. Bunga krisan kemudian dikemas 1 ikat yang berisi 10 bunga kemudian dipasarkan ke wilayah domestik.



BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.      Dataran tinggi memiliki keanekaragaman jenis tanaman, salah satu diantaranya adalah tanaman buah naga dan tanaman bunga krisan
2.      Tanaman buah naga dimanfaatkan manusia sebagai bahan pangan dan obat-obatan sedangkan tanaman bunga krisan dimanfaatkan sebagai dekorasi karena memiliki unsur keindahan
3.      Pemasaran tanaman buah naga dan bunga krisan rata-rata dilakukan di wilayah pasar domestik

5.2 Saran
            Untuk memperoleh hasil pengamatan yang maksimal, pengamatan tidak hanya dilakukan pada satu kawasan dataran tinggi, namun beberapa kawasan sehingga nantinya didapatkan berbagai jenis tanaman dataran tinggi yang beragam pada setiap kawasan yang berbeda. Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui manfaat berbagai jenis tanaman dari berbagai wilayah yang ada di dataran tinggi. Informasi mengenai sistem pemasaran hasil produksi dilakukan dengan wawancara pada narasumber yang berbeda-beda guna mendapatkan informasi yang akurat.   
       


DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. 2013. Analisis Ekonomi Komoditi Kacang Panjang di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan dalam Jurnal Ilmiah AgrIBA (1): 198-204.
Ashari, S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Rina, D.N., Chairul., Sofiyeni. 2012. Komposisi dan Struktur Tanaman Pekarangan Dataran Tinggi di Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok dalam Jurnal Biologi Universitas Andalas 1(2): 144-149.
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ai, N.S. 2012. Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Ilmiah Sains, 12(1): 28-34.

Sulistiami, A., Waeniati, Muslimin dan I.N. Suwastika. 2012. Pertumbuhan Organ Tanaman Buah Naga(Hylocerus undatus) pada Medium Ms Dengan Penambahan Bap dan Sukrosa. Natural Science, 1(1): 27-33.


Taher, M., Supramana., Suastika, G. 2012. Identifikasi Meloidogyne Penyebab Penyakit Umbi Bercabang pada Wortel di Dataran Tinggi Dieng dalam Jurnal Fitopatologi Indonesia 8(1): 16-21
.
Wahyu, Y., Samosir, A.P., Budiarti, S.G. 2013. Adaptabilitas  Genotip Gandum Introduksi dalam Agrohorti 1(1): 1-6.
Ai, N.S. 2012. Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Ilmiah Sains, 12(1): 28-34.


















Related Posts

Laporan Praktikum Pengenalan Tnaman Penting Dataran Tinggi
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.